Jakarta, Infobreakingnews - Masalah hepatitis sudah di depan mata. Beragam upaya pun dilakukan buat mengikis ancaman penyakit ini. Salah satunya melalui pencegahan dengan mendorong kebiasan hidup bersih dan sehat, serta imunisasi.
Sakit hati lantaran perasaan disakiti itu sudah biasa. Bersikap ikhlas dan memberi maaf atau menyibukan diri untuk melupakan kenangan yang buruk biasanya cukup ampuh untuk mengobati sakit hati seperti ini. Tapi sakit hati yang satu ini beda. Kehadirannya seringkali tidak disadari. Kalau dibiarkan dan terlanjur kronis, bahaya pun menjelang.
Penyakit hati atau dikenal dengan nama hepatitis ini, memang berbahaya. Karena penyakit yang membuat organ hati (selanjutnya disebut hati) mengalami peradangan ini, dapat mengakibatkan kematian.
Masalah hepatitis sudah di depan mata. Sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi hepatitis B. 360 juta menjadi pengidap kronis serta memiliki risiko menjadi sirosis dan kanker hati. Lalu sekitar 130-170 juta penduduk dunia merupakan pengidap virus hepatitis C, dengan angka kematian lebih dari 350 ribu jiwa per tahun. Alhasil, hepatitis dari berbagai tipe (A, B, dan C) merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia.
Bagaimana dengan Indonesia? Harus waspada. Pasalnya, negara kita merupakan negara dengan endemisitas tinggi dengan prevalensi HBsAg positif sebesar 9,4 persen. Ini menunjukkan bahwa 1 diantara 10 penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis B. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk Indonesia menderita Hepatitis B dan C.
Selain Hepatitis B, tahun 2011-2012, kasus Hepatitis A dilaporkan merebak di beberapa daerah dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB). Jumlah penderitanya cukup besar dan umumnya menyerang anak sekolah dan mahasiswa. Daerah-daerah yang melaporkan adanya KLB Hepatitis A antara lain Tasikmalaya, Depok, Lampung Timur, Bogor dan Bandung.
Selain Hepatitis A, penderita Hepatitis B juga terus bertambah. Dari beberapa kasus yang ditemui, penambahan tersebut karena si penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya terkena hepatitis dan dapat menularkannya pada orang lain. Misalnya pemakaian barang yang tercemar virus hepatitis B (VHB) sesudah digunakan pada para carrier positif atau penderita hepatitis B.
Kemudian, penduduk Indonesia juga banyak yang menderita hepatitis C. Virus hepatitis tipe ini merupakan satu penyebab infeksi hati menahun dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati, dan kematian.
Program Pengendalian
Menyadari ancaman hepatitis ini, pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) telah membuat suatu pengembangan program dalam usaha pengendalian penyakit tersebut.
Satu bentuk pengendalian itu adalah dengan memasukkan Imunisasi Hepatitis untuk bayi pada program Imunisasi Nasional. Di samping itu, Palang Merah Indonesia mengadakan penyaringan darah donor bagi penderita hepatitis B dan C.
Program Pengendalian hepatitis, diluncurkan sejak dua tahun lalu atau 2010 hingga program-programnya pun masih relatif baru. Dalam masa kerja dua tahun ini, tahun lalu (2011) berfokus penyusunan pedoman pengendalian hepatitis. Dengan pedoman ini diharapkan upaya-upaya pengendalian dapat dilakukan oleh berbagai pihak.
Pengembangan program pengendalian hepatitis bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian karena Hepatitis, mengurangi transmisi dari berbagai penyebab dan mengurangi dampak sosial ekonomi akibat Hepatitis virus.
Sebagai langkah awal akan dilakukan skrining pada petugas kesehatan yang merupakan salah satu kelompok berisiko. Untuk sementara, langkah ini baru dapat dilakukan pada petugas kesehatan yang berdinas di lingkungan Pemda DKI Jakarta
Sementara itu, tingginya harga obat, juga masih menjadi kendala tersendiri. Maka Kementerian Kesehatan mengupayakan agar produsen obat bersedia menurunkan harga.
Produsen obat, merupakan satu pihak yang diharapkan turut terlibat dalam program pengendalian tersebut. Selain itu juga banyak pihak lainnya, seperti public health, laboratorium, masyarakat dan pekerja.
Imunisasi
Hepatitis B dapat ditularkan melalui jalur transmisi vertikal dari ibu kepada anak yang dilahirkan, maupun jalur horizontal seperti melalui transfusi darah, jarum suntik yang tercemar, jarum untuk tato tidak steril, atau hubungan seksual.
Untuk memutus rantai penularan tersebut, Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan berupa: Imunisasi Hepatitis B yang diberikan pada semua bayi. Imunisasi Hepatitis B telah diintegrasikan dalam Program Imunisasi Nasional sejak 1997 sesudah uji coba di Pulau Lombok selama 4 tahun (1986 – 1990).
Sedangkan program imunisasi Hepatitis B untuk bayi baru lahir diberikan sejak 2003. Imunisasi hepatitis pada seluruh bayi ini diberikan secara cuma-cuma.
Pemerintah belum memasukkan program imunisasi bagi kelompok remaja dan dewasa dalam program imunisasi nasional. Tetapi vaksinnya sudah tersedia dan masyarakat yang memerlukan, sesuai kriteria skrining, apalagi jika tergolong kelompok rentan seperti petugas kesehatan, dapat menggunakannya. Beberapa kelompok pekerja dan pekerja kesehatan kini sudah menerima imunisasi hepatitis dewasa. Pemberian imunisasi ini dapat ditempuh melalui kerjasama dengan pihak asuransi kesehatan atau kebijakan perusahaan tempat kerjanya.
Hari Hepatitis 28 Juli
Hepatitis baru menjadi perhatian internasional secara serius sejak 2010. Keseriusan ini diwujudkan dengan mencanangkan hari Hepatitis Dunia setiap 28 Juli. Namun sebenarnya, Indonesia sudah sejak lama memantau penyakit yang merusak organ terbesar tubuh ini. Pemantauan dilakukan lewat upaya pengendalian penyakit mulai dari upaya promotif, preventif, dan kuratif.
Upaya tersebut terkait pula dengan pencegahan yang selalu lebih baik dibanding mengobati. Ada pun kegiatan pencegahan dilakukan secara primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), imunisasi pada bayi, catch up immunization (imunisasi pada remaja dan dewasa). Pencegahan sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining (penapisan), penegakan diagnosa dan pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan dan rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahui efektifitas dan resistensi terhadap obat pilihan.
Selain membenahi ke dalam, Indonesia juga aktif memprakarsai agar masalah hepatitis ini menjadi isu dunia. Upaya tersebut tidaklah sia-sia. Prakarsa Indonesia itu dibahas dalam sidang World Health Assembly (WHA) ke-63 tahun 2010 dan berbuah resolusi yang menyerukan supaya semua negara di dunia melakukan penanganan Hepatitis B secara komprehensif, mulai dari pencegahan sampai pengobatan, meliputi berbagai aspek termasuk surveilans dan penelitian. Resolusi itu sekaligus menetapkan World Hepatitis Day atau Hari Hepatitis Dunia jatuh pada tanggal 28 Juli setiap tahunnya. Semua usaha itu, tiada lain bertujuan agar ancaman hepatitis makin terkikis. ***Nadya Emilia
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !