Jakarta, infobreakingnews - Laksamana Madya TNI (Purn) FREDDY NUMBERI, sang Jenderal ini kini berbicara lantang, tegas dan keras, tentang Politik Papua yang diam-diam masih sangat memanas baik dalam negeri Indonesia maupun Luar Negeri yang kian hari makin merupakan Bom waktu bagi Negara ini karena Papua bisa Lepas dari NKRI. Tetapi Apakah ini hanya merupakan Move Politik semata karena momentum Pemilu 2014, ataukah Suatu babak baru dalam Perjuangan Politik Papua karena sang Jenderal Purnawirawan Laut ini tidak lagi duduk dalam Pemerintahan RI sebagai salah satu Menteri ? dan masih banyak pertanyaan lagi yang bisa dikaitkan dengan Peluncuran BUKU “QUO VADIS PAPUA (Papua Mau Ke Mana ?)”, beberapa hari yang lalu pada Kamis, 27 Februari 2014, Jam 05 pm, hingga berakhir jam 11.15pm, waktu Indonesia Barat, bertempat di Grand Ball Room Hotel berbintang Lima Grand Hyatt, Jln Jenderal Sudirman Jakarta.
Buku Quo Vadis Papua (Papua Mau Ke Mana?), yang Penulisnya adalah Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi, selama 2 tahun melakukan Kompilasi, analisa dan menyusun buku ini bertujuan: *Menyajikan Hasil Kompilasi, analisa data dan informasi tentang Papua. *Membangun pemahaman bersama terhadap semua pihak tentang Papua sehingga menghilangkan kecurigaan diantara sesamanya. *Mencoba mencari solusi terhadap berbagai masalah yang selama ini terjadi, melalui suatu model yang disajikan dalam buku ini sebagai alternatif penyelesaian masalah. Kemudian mendorong semua kalangan di Indonesia agar dengan lapang dada dan kebesaran hati serta pikiran yang jernih untuk mengevaluasi “apakah selama 50 tahun ini, adakah makna bagi Rakyat Papua sebagai bagian dari Bangsa dan Negara Indonesia yang besar ini atau kah belum bahkan tidak ? Seperti Thoby Mutis mengatakan bahwa; “Arti sebagai Bangsa dan Warga Negara Indonesia menjadi kabur manakala dirasakan bahwa menjadi bagian dari Bangsa dan Negara Indonesia ini hanya sebuah nama tanpa makna.” Juga sangat berkaitan dengan Filosofi hidup orang Papua yang menyatakan; “Te Aro Neweak Lamo” yang artinya “Alam adalah diriku, Aku adalah Tanah.”
Lounching buku tersebut dihadiri oleh Tokoh-tokoh Politik yang terkenal baik Dalam maupun Luar Negeri, seperti Amerika, Belanda, Inggris, Arsitek Helsinky yang menangani masalah Aceh, beberapa Negara Pasifik selatan, PNG, dan masih banyak lagi. Yang unik juga bahwa sang Jenderal Purnawirawan ini mendapat surat khusus tentang buku Quo Vadis Papua dari Presiden Amerika Serikat Barak Obama.
Hadir dari dalam Negeri, Mantan Wakil Presiden Indonesia era Orde baru Jenderal TNI (Purn) Tri Soetrisno, Mantan Presiden RI ke III Prof. DR. IR. BJ. Habibie (Honorary speaker), Anak tertua Presiden Abdul Rachman Wahid mewakili keluarga besar Ciganjur, para mantan Dubes asal Papua seperti Theo Waimuri, Michael Manufandu, Keynote Speaker, Laksamana. TNI, Dr. Marsetio (Kasal), Gubernur Papua Barat Abraham O Ataruri, DR. Frits Krihio (Doktoral pertama dari Papua thn 70an), dan masih banyak lagi.
Bersama Mantan Wapres Tri Sutrisno |
Pada sesi Bedah Buku yang di bawakan oleh beberapa Tokoh seperti, Sabam Sirait (Politikus senior Indonesia), Thaha Al Hamid (Papua Senior Forum), Prof. DR. Dewi Fortuna Anwar (Deputi Wapres RI), DR. Adriana Elisabeth (Peneliti senior LIPI), Pdt. DR. Karl Phil Erari (PGI), sedikit memanas saat Dewi Fortuna Anwar menyampaikan komentarnya tentang isi buku yang menyentuh sisi Politik papua yang dianggap oleh beberapa tokoh Papua, salah dan berseberangan dengan sejarah dan perjuangan Papua sehingga timbul teriakan yang menhujat pembicara yang tidak mengerti persoalan. Namun ketegangan tersebut tidak berdampak yang lebih luas karena dapat teratasi oleh rekan sejawat. Acara peluncuran buku juga dimeriahkan dengan group musik penyanyi asal Papua yang sangat bagus mengiringi penyerahan Cendera mata berukirkan bebrapa Species burung Cenderawasih dari Jenderal Freddy Numberi.
Sabam Sirait, Thoha Al Hamid, Pdt. Phil Erari, dalam sesi bedah buku ini dengan tegas dan berani menyampaikan pada hadirin dan khusus kepada Pemerintah Jakarta agar Membuka ruang selebar-lebarnya bagi penyelesaian masalah Papua dengan Jalan DIALOG DAMAI bila tidak ingin Papua Keluar dari NKRI sebagaimana Presiden Soesilo Bambang Yudoyono juga telah menghendakinya sejak lama, tetapi sampai saat ini TIDAK PERNAH TERLAKSANA. Sementara Jenderal Numberi sendiri Mengatakan NKRI Bukan Harga Mati, Tetapi Harga Hidup. Apakah ini merupakan Bargaining baik bagi Pemerintah Jakarta untuk Penyelesaian masalah Papua melalui Dialog Damai, ataukah memang Pemerintah Indonesia mau membiarkan masalah papua jatuh ke tangan pihak asing yang memang selama ini sudah ikut berperan sehinga Papua akan Merdeka sebagai suatu Negara baru di Dunia ?
Jangan Berebut Tanah Papua yang Kaya Raya itu dengan membiarkannya jadi Wilayah Konflik karena kepentingan tertentu untuk mengeruk isi Perut Bumi Cenderawasih saja dan membiarkan Manusianya di bunuh habis dengan Operasi-operasi khusus pihak keamanan, atau peredaran Penyakit HIV Aids yang mematikan (Genoside).
Dalam Forum bedah buku tersebut, Jenderal Numberi diminta secara langsung sebagai tokoh utama untuk memaksa Pemerintah Jakarta DIALOG dengan Papua. Berhasil kah ? Rakyat Papua Menantinya Pak Jenderal. ****(Petra)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !