Wahidin mengatakan pegawai yang bertugas di lingkungan lapas atau rutan berada dalam situasi yang memang setiap hari bersinggungan dengan para terpidana kasus narkoba. Karena terbiasa bersama membuat petugas kadang tak sampai hati menolak tawaran para napi untuk menjajal narkoba.
"Mereka kadang main hati. Dekat, bergaul, akhirnya karena dekat mereka tidak sadar bahwa bahaya narkoba itu tidak bisa begitu saja dihilangkan," kata Wahidin kepada Info Breaking News, Jumat (6/10/2017).
Untuk menghindari keterlibatan petugas lapas terlalu jauh, Wahidin mengatakan pihaknya belakangan melakukan tes urin secara berkala. Selain untuk mengetahui siapa saja petugas yang terlobat juga untuk memutus mata rantai peredaran narkoba di lapas.
Tindakan ini, kata Wahidin, sebagai bentuk kepedulian korps terhadap orang-orang yang sudah terindikasi. Tes urin juga tidak hanya dilakukan sekali dua kali melainkan akan terus digelar secara berkala. Meski berkala, Wahidin mengatakan kegiatan tes urin tidak diagendakan. Tes urin selalu dilakukan secara mendadak.
Tak cuma tes urin, Wahidin mengatakan di lapas dan rutan yang terindikasi terdapat peredaran narkoba di dalamnya juga sudah dipasangkan alat pendeteksi tubuh atau body scanner. Bukan hanya pengunjung, petugas lapas dan rutan yang biasa lalu lalang pun wajib memindai tubuhnya saat masuk ke wilayah lapas.
"Semua petugas dan pengunjung yang mau masuk ke dalam harus melewati body scanner. Ini sebagai upaya preventif, paling tidak petugas yang masuk ke lingkungan warga binaan steril," jelasnya.
Terpantau media, mereka yang sudah berkelimpahan uang saku karena derasnya uang tip dan uang haram dari sampingan bekerja, seringkali memiliki wanita simpanan diluaran rumah, sehingga lebih dirasa nikmat dalam bercinta jika memakai narkoba. *** Ira Maya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !