Dato Sri Prof Dr (HC) Tahir MBA (kedua dari kiri) menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Airlangga, Surabaya, 8 Maret 2018. |
Surabaya, Info Breaking News - Filantropi yang diberikan kepada masyarakat, dalam dan luar negeri, adalah wujud komitmen dan tanggung jawab kepada bangsa dan umat manusia. Filantropi bukanlah sedekah atau tindakan belas kasihan. Jika setiap orang sukses memiliki komitmen terhadap sesama, kesenjangan sosial akan menyempit dan wajah dunia akan lebih baik.
"Saya akan menggunakan kekayaan saya untuk membantu sesama yang terkena musibah dan kurang beruntung," kata Dato Sri Prof Dr (HC) Tahir MBA pada pidato pengukuhan gelar doktor honoris causa bidang Ilmu Ekonomi dan Kebijakan Publik di Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (8/3).
Acara ini dihadiri oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Pur) Moeldoko, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Mensos Idrus Marham, Chairman Lippo Group Mochtar Riady, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Agum Gumelar, Agung Laksono, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, ekonom Rizal Ramli, Cawagub Jatim Puti Soekarnoputri, Cagub Jabar Ridwan Kamil, kalangan pengusaha, dan ratusan hadirin dari berbagai kalangan.
Anugerah doktor HC dari Unair merupakan yang keempat bagi Tahir. Tiga gelar doktor HC sebelumnya diterima chairman Mayapada itu dari National Taiwan University, Universitas 17 Agustus Surabaya, dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebetulnya, kata Rektor Unair Prof Mohammad Nasih, sudah diproses sejak dua tahun lalu. Namun, rencana itu ditunda karena UGM pada 22 Januari 2016 memberikan gelar doktor HC kepada Tahir.
Dalam kata sambutannya, Prof Dian Agustia, Ketua Tim Promotor gelar doktor HC untuk Tahir, mengatakan pengusaha nasional itu sudah beberapa kali memberikan kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Airlangga. Gelar doktor HC juga sudah disetujui Kemenristek Dikti.
Rektor Unair mengapresiasi aktivitas kemanusiaan yang dilakukan Tahir. Filantropi yang diberikannya sudah menolong banyak orang dan diharapkan menginspirasi kalangan pengusaha dan semua orang yang memiliki kekayaan yang cukup agar bersedia berbagi. Jika 100 orang pengusaha memberikan filantropi, dampaknya akan besar bagi peningkatan keadilan sosial.
Tahir kini tercatat sebagai filantrop Indonesia terdepan. Pria kelahiran Surabaya, 26 Maret 1952 ini tidak saja membantu sesama orang Indonesia, melainkan juga menolong para pengungsi di Timur Tengah.
Selain membantu pengungsi di Yordania, Tahir juga mengunjungi pengungsi di perbatasan Irak. Beberapa anak Irak dijadikan anak asuhnya.
"Dalam membantu, saya tidak melihat latar belakang. Cinta kepada sesama manusia menembus batas agama, suku, ras, golongan, dan bangsa," ungkap Pendiri Tahir Foundation itu.
Lahir dan hidup semasa kecil di kota Surabaya, kata Tahir, memberikan kesan dan pengaruh yang sangat kuat pada perjalanan hidupnya. Ia selalu terpanggil untuk kembali membangun daerah kelahiran. Gelar doktor HC dari kota kelahiran akan memberikan kebanggaan tersendiri.
Prestasi yang diraihnya merupakan hasil kerja keras. Tahir menjelaskan, ia terbiasa hidup disiplin. Bangun setiap pukul 05.00 pagi, membaca sedikitnya lima media massa dalam dan luar negeri, dan tidur pada pukul 23.00 setelah menonton televisi untuk mengikuti siaran berita dalam dan luar negeri.
Sejak tahun lalu, Tahir mengikuti pendidikan S3 di UGM dan diperkirakan selesai 2019. Dengan prestasi itu, ia ingin memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara serta keluarga.
"Mudah-mudahan tahun depan selesai dan dengan itu, semua jenjang pendidikan sudah saya tempuh," ungkapnya.*** Dani Setiawan.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !