Bogor, Info Breaking News - Partai Gerindra kembali mencalonkan calon Prabowo Subianto sebagai calon presiden dalam Pilres 2019. Pengamat politik, Yunarto Wijaya, melihat pendeklarasian Prabowo memberikan kepastian bagi Gerindra, tetapi tetap kalah bila melawan petahana Joko Widodo (Jokowi)
"Analoginya, kalau dalam teori sebuah produk yang pernah di-launching dua kali berturut-turut dan gagal seperti Prabowo, sulit dilaunching kembali dan berhasil. Hasilnya tetap sama, gagal," kata Yunarto saat ditemui di Kota Bogor, Kamis (12/4).
Jika dalam Pilpres 2019, hanya menyaksikan dua poros antara Prabowo dan Jokowi, Yunarto, melihat elektabilitas Probowo saat ini masih jauh dari Jokowi yang menurut beberapa survai terakhir di angka 65 hingga 70 persen. Di sisi lain dampak positif pendeklarasian Prabowo dibutuhkan minimal untuk konsilidasi di level internal. Kedua untuk menaikkan elektabikitas Prabowo dimata kader dan masyarakat.
"Bila Prabowonya terus-menerus menunda deklarasi. Yang terjadi adalah kemunduran psikologis dari teman-teman Gerindra. Saat ini dibutuhkan Prabowo mendeklarasikan diri, minimal untuk melakukan konsolidasi di level internal dan biasanya seorang calon akan langsung mendapat tingkat elektabilitas cukup tinggi bila sudah resmi mendeklarasikan diri," paparnya.
Ia pun melihat, usai pendeklarasian, Partai Gerindra harus segera membentuk koalisi. Pun dalam pendeklarasikan tersebut dihadiri PKS dan PAN, kedua partai tersebut harus secara resmi menyatakan dukungan.
"Dukungan pencalonan harus secara resmi dilakukan PKS dan PAN. Berbeda dengan Jokowi sudah beberapa partai seperti Nasdem, Golkar, yang melakukan deklarasi resmi dan memenuhi prasyarat presidential threshold," pungkas Yunarto.*** Jerry Art.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !