Jakarta, Info Breaking News –
Operator seluler XL Axiata meyakini bahwa kerja sama antar operator seluler
merupakan hal yang penting guna menghadirkan jaringan 3G di Indonesia. Kerja
sama yang dimaksud ialah berupa konsolidasi atau network sharing.
Direktur Teknologi XL Axiata,
Yessie D Yosetya menyebut perusahaan operator seluler perlu menggelar disukusi
lebih lanjut terkait network sharing 5G mengingat proyek ini membutuhkan
infrastruktur yang sangat rapat dan banyak.
Yessie menilai kerja sama ini
bisa menjadi sebuah investasi yang baru bagi semua operator seluler.
Efisiensi
untuk industri telekomunikasi, menurutnya, memang masih sangat dibutuhkan.
Yessie mengungkapkan bahwa network sharing bisa dijadikan opsi kedua apabila
upaya konsolidasi yang digadang pemerintah sulit dilakukan. Meski begitu, ia
enggan merinci tentang network sharing itu sendiri.
"Dalam
teknologi 5G, jarak antar site itu semakin dekat. Sehingga perlu adanya peran
pemerintah daerah dalam mendukung teknologi ini, khususnya dalam membuat smart
city misalnya itu sangat krusial," jelas Yessie.
Selain
infrastruktur, Yessie juga mengatakan operator seluler masih menunggu kepastian
frekuensi yang akan digunakan untuk jaringan 5G.
Sejauh ini,
setidaknya ada tiga calon pita frekuensi yang disebut-sebut cocok untuk
penopang jaringan 5G. Mereka adalah
3,5 GHz, 26 GHz, dan 28 GHz. Pemerintah sendiri masih meninjau dan akan
merapikan pita frekuensi dimaksud. Beberapa di antaranya masih dihuni, seperti
frekuensi 35 GHz yang diisi oleh satelit televisi, perbankan, dan telekomunikasi.
Yessie
mengaku pihaknya tak mau terburu-buru dalam menerapkan 5G. Sementara itu,
Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini mengklaim jaringan 5G baru
siap diakses dua hingga tiga tahun dari sekarang.
Kendati
demikian, XL telah menyiapkan pondasi jaringan internet generasi kelima
tersebut, dimulai dengan proses fiberisasi jaringan baik di Jawa maupun luar
Jawa. Fiberisasi diperlukan karena penggunaan data trafik data dari base
tranceiver station (BTS) semakin besar.
Tidak seperti
Smartfren yang sudah resmi menggandeng ZTE sebagai vendor teknologi 5G, Dian mengaku
XL hingga kini masih dalam tahap pencarian. Namun, Yessie
menekankan perusahaannya akan memilih mitra yang mampu menyediakan dan
mengembangkan teknologi software maupun hardware secara mandiri. Artinya,
vendor yang ditunjuk sebagai mitra memiliki ketersediaan spare part sendiri dan
tidak bergantung kepada perusahaan lain untuk menekan risiko.
"Kami punya parameter untuk menekan risiko. Risiko itu mulai dari
yang sangat ekstrem seperti yang dihadapi ZTE sampai yang tidak se-esktrem ZTE
seperti Huawei," tuturnya. ***Jeremy
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !