Jakarta, Info Breaking News –
Meski tengah meredup dan namanya lama tak menghias dunia hukum maupun politik Indonesia lantaran
harus menjalani masa tahanan, tidak dapat dipungkiri bahwa Dr. H.
Patrialis Akbar, S.H., MH, mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga pernah menjabat sebagai Hakim Mahkamah Kostitusi, merupakan salah satu dari sekian banyak sosok di
Indonesia yang telah banyak berjasa bagi negara.
Lahir di Padang pada 31
Oktober 1958, Patrialis Akbar dilahirkan dalam keluarga veteran. Usai lulus
dari STM Negeri II, Padang dirinya memutuskan untuk merantau ke Ibu Kota
Jakarta dengan harapan dapat menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia meski kenyataannya ia justru diterima di Universitas Muhammadiyah
Jakarta. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan lanjutan di Universitas Gadjah
Mada dan mendapatkan gelar doktornya dari Universitas Padjajaran, Bandung.
Patrialis mengawali karirnya
sebagai seorang supir angkutan kota (angkot) di Jakarta. Ia juga sempat menjadi
supir taksi. Setelah berhasil meraih gelar sarjana hukum dari Universitas
Muhammadiyah Jakarta, ia pun mulai menekuni profesi pengacara selama beberapa
waktu sebelum akhirnya terjun ke dunia politik dan bergabung dengan Partai
Amanat Nasional (PAN). Dari situlah ia akhirnya berhasil meraih kursi DPR-RI
selama dua periode, yakni 1999-2004 dan 2004-2009 dan duduk sebagai anggota
Komisi III.
Dan pada saat mengawali kariernya sebagai advokat itulah pimpinan media online digital infobreakingnews.com, Emil Foster Simatupang sudah menjalin persahabatan dan sering makan siang dikantin Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat masih digedung peninggalan Belanda dikawsan jalan Gajah Mada Jakarta.
Patrialis adalah sosok lelaki gaul dan paling tak bisa melihat orang lain kesulitan, pasti pria brewokan ini selalu panjang tangan memberikan pertolongan, sehingga cukup banyak sudah orang dibantunya, walau kenyataan pahit bagaikan pepatah habis manis sepah dibuang, karena terlalu banyak pula orang yang pernah ditolongnya tetapi langsung menghilang bagai ditelan alam. Boro boro membezuknya saat dalam kepahitan.Itulah parameter sebuah persahabatan sejati, selalu ada sekalipun disaat yang paling pahit.
Dan pada saat mengawali kariernya sebagai advokat itulah pimpinan media online digital infobreakingnews.com, Emil Foster Simatupang sudah menjalin persahabatan dan sering makan siang dikantin Pengadilan Negeri Jakarta Pusat saat masih digedung peninggalan Belanda dikawsan jalan Gajah Mada Jakarta.
Patrialis adalah sosok lelaki gaul dan paling tak bisa melihat orang lain kesulitan, pasti pria brewokan ini selalu panjang tangan memberikan pertolongan, sehingga cukup banyak sudah orang dibantunya, walau kenyataan pahit bagaikan pepatah habis manis sepah dibuang, karena terlalu banyak pula orang yang pernah ditolongnya tetapi langsung menghilang bagai ditelan alam. Boro boro membezuknya saat dalam kepahitan.Itulah parameter sebuah persahabatan sejati, selalu ada sekalipun disaat yang paling pahit.
Dan tak terbantahkan di era kepemimpinan Presiden
SBY, kemampuan Patrialis dalam menjalankan profesinya membuat ia terpilih
sebagai Menteri Hukum dan HAM. Ia pun juga berhasil ditunjuk menjadi Hakim
Konstitusi setelah resmi mengucapkan sumpah jabatan sebagai hakim konstitusi
masa jabatan 2013 – 2018 pada 13 Agustus di Istana Negara, Jakarta.
Dalam perjalanan karirnya,
Patrialis kerap melakukan sejumlah dobrakan serta menjalankan sejumlah peran
penting sehingga namanya dipandang sebagai salah satu anak bangsa yang berjasa
besar sehingga Patrialis dianugerahi Bintang Mahaputra Adhipradana oleh Presiden RI.
Salah satu hal yang fenomenal
yang pernah ia lakukan ialah ketika dirinya, yang kala itu masih menjabat
sebagai Menteri Hukum dan HAM, berhasil membebaskan ratusan WNI bermasalah dari
hukuman negara Arab Saudi. Sebanyak 316 warga Indonesia yang terlibat masalah
hukum dengan ancaman hukuman 5 sampai 6 tahun berhasil bebas.
Patrialis beserta jajarannya
saat itu kerap melakukan kunjungan ke Arab Saudi guna meminta pengampunan
hukum. Ia juga bahkan menyampaikan permohonan keringanan hukum bagi 23 WNI
terpidana mati di Arab Saudi.
Patrialis Akbar selama menjadi
bagian dari DPR RI mencatatakan namanya sebagai salah satu pelaku sejarah yang
melakukan perubahan Undang-Undang Dasar 1945.
Ia sebelumnya menyatakan bahwa
dirinya pernah menjadi anggota badan pekerja yang mengawal perubahan
konstitusi. Ia juga menjadi salah satu tokoh yang pernah menjadi bagian Komisi
Hukum DPR dan memberikan upaya maksimal terhadap berdirinya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ibarat kuwalat karma, orang semodel Patrialis yang cukup besar jasanya terhadap kemandirian KPK, tapi justru jasa itu malah tak dianggap sama sekali, bahkan awalnya justru pihak KPK yang selalu modelnya membawa sejumlah media dalam OTT, langsung menyebutkan bahwa penangkapan Patrialis disalah satu gerai Plaza Indonesia itu bersama seorang perempuan bertubuh sensual yang merupakan isteri simpanannya.
"Padahal sesungguhnya saat itu saya sedang bersama keluarga dan juga orangtua sedang makan siang. Bukan bersua dengan perempuan sebagaimana yang rame di blow up di media." ungkap Patrialis kepada Emil Simatupang saat membezuk Patrialis Akbar di Lapas Sukamiskin Bandung kemaren.
Sudah saatnya Istana yang kini dinakhodai oleh Presiden Joko Widodo memikirkan kembali betapa saat ini sangat sulit mencari sosok anak bangsa sekaliber Patrialis. Apa susahnya bagi negara ini melepas bebas Patrialis yang tak terbantahkan adalah merupakan Pahlawan yang penuh jasa dan baktinya buat negeri tercinta ini. Apalagi ternyata didalam kasus hukumnya yang terkesan sangat dipaksakan itu, tak ditemukan adanya kerugian negara. Juga Patrialis didalam persidangan tipikornya tidak ditemukan bukti yang cukup, selain namanya yang dijual belikan oleh sejumlah orang pengkhianat.
Ibarat kuwalat karma, orang semodel Patrialis yang cukup besar jasanya terhadap kemandirian KPK, tapi justru jasa itu malah tak dianggap sama sekali, bahkan awalnya justru pihak KPK yang selalu modelnya membawa sejumlah media dalam OTT, langsung menyebutkan bahwa penangkapan Patrialis disalah satu gerai Plaza Indonesia itu bersama seorang perempuan bertubuh sensual yang merupakan isteri simpanannya.
"Padahal sesungguhnya saat itu saya sedang bersama keluarga dan juga orangtua sedang makan siang. Bukan bersua dengan perempuan sebagaimana yang rame di blow up di media." ungkap Patrialis kepada Emil Simatupang saat membezuk Patrialis Akbar di Lapas Sukamiskin Bandung kemaren.
Sudah saatnya Istana yang kini dinakhodai oleh Presiden Joko Widodo memikirkan kembali betapa saat ini sangat sulit mencari sosok anak bangsa sekaliber Patrialis. Apa susahnya bagi negara ini melepas bebas Patrialis yang tak terbantahkan adalah merupakan Pahlawan yang penuh jasa dan baktinya buat negeri tercinta ini. Apalagi ternyata didalam kasus hukumnya yang terkesan sangat dipaksakan itu, tak ditemukan adanya kerugian negara. Juga Patrialis didalam persidangan tipikornya tidak ditemukan bukti yang cukup, selain namanya yang dijual belikan oleh sejumlah orang pengkhianat.
Selain Bintang Maha Putra yang sangat bergengsi itu, Patrialis Akbar juga menerima penghargaan Satya Lancana yang lagi-lagi menjadi bukti bahwa
meski dalam kekurangannya, ia tetap berjasa bagi negar
Ini artinya Patrialis yang kini kesehatannya sangat terganggu akibat membathin berat, jika kelak akhirnya hayatnya tiba, maka dipastikan bahwa pusara Patrialis Akbar adalah bersemayam di Makm Pahlawab Kalibata Jakarta, sebagaimana makna dari Bintang Maha Putra tersebut.
Lalu apa kata dunia jika seorang pahlawah anak bangsa seperti Patrialis yang kasusnya penuh rekayasa itu, dibiarkan sampai mati didalam sel penjara yang memalukan semua bangsa Indonesia. Ini harus menjadi renungan Bapak Presiden Joko Widodo.
Karena dengan situasi kondisi bangsa seperti sekarang ini , sangat diperlukan terobosan hukum guna mengangkat derajat Bangsa ini dimata dunia. Juga Allah SWT pasti sangat suka dengan kebajikan yang diambil alih oleh orang nomor satu dinegeri ini. Bebaskan Patrialis yang adalah Pahlawan besar bagi negeri ini. Pasti masih akan mengalir banyak inspirasi cemerlang dari seorang Patrialis Akbar untuk memajukan negeri ini khusunya perbaikan hukum disegala aspek kehidup berbangsa.
*** Emil Foster Simatupang.
Ini artinya Patrialis yang kini kesehatannya sangat terganggu akibat membathin berat, jika kelak akhirnya hayatnya tiba, maka dipastikan bahwa pusara Patrialis Akbar adalah bersemayam di Makm Pahlawab Kalibata Jakarta, sebagaimana makna dari Bintang Maha Putra tersebut.
Lalu apa kata dunia jika seorang pahlawah anak bangsa seperti Patrialis yang kasusnya penuh rekayasa itu, dibiarkan sampai mati didalam sel penjara yang memalukan semua bangsa Indonesia. Ini harus menjadi renungan Bapak Presiden Joko Widodo.
Karena dengan situasi kondisi bangsa seperti sekarang ini , sangat diperlukan terobosan hukum guna mengangkat derajat Bangsa ini dimata dunia. Juga Allah SWT pasti sangat suka dengan kebajikan yang diambil alih oleh orang nomor satu dinegeri ini. Bebaskan Patrialis yang adalah Pahlawan besar bagi negeri ini. Pasti masih akan mengalir banyak inspirasi cemerlang dari seorang Patrialis Akbar untuk memajukan negeri ini khusunya perbaikan hukum disegala aspek kehidup berbangsa.
*** Emil Foster Simatupang.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !