Jakarta, Info Breaking News - Meski
penampilannya gagah dengan kemeja rapi, jas dan berdasi, namun sosok Prof. Dr.
Supandi, S.H., M.Hum jauh dari kata arogan.
Pria yang menjabat sebagai Ketua
Kamar Tata Usaha Negara (TUN) Mahkamah Agung tersebut sehari-harinya dikenal
sebagai sosok yang ramah. Jabatan, kuasa maupun harta tak membuatnya besar
kepala. Ia tetap bekerja secara sederhana.
Selalu terlihat sumringah
ketika bertemu siapa saja, pria kelahiran Medan, 17 September 1952 itu nyatanya
bukanlah seorang keturunan orang berada. Ia hanyalah keturunan pekerja kuli
kontrak di tanah Deli. Meski kehidupannya jauh dari kata mewah, hal itu tak
menghentikannya. Perlahan, tahap demi tahap Supandi menapaki karirnya hingga
akhirnya berhasil menjadi Hakim Agung dan dinobatkan sebagai Guru Besar di
Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.
Dalam melaksanakan tugasnya,
Supandi dinilai sebagai sosok yang brilian. Pria yang gemar menenggelamkan
dirinya di lautan buku-buku dan terkenal dengan pemikiran filosofisnya tersebut
secara berani memutuskan perkara terkait kenaikan iuran BPJS. Peristiwa
tersebut kemudian menjadikannya pahlawan di tengah masyarakat yang sudah lama
merasa terbebani dengan iuran BPJS.
Tak jarang Supandi harus
menghadapi sejumlah perkara yang besar. Namun, dibantu oleh suara hati
nuraninya ia selalu memutuskan perkara dengan memandang kepentingan rakyat.
Prestasinya dalam bidang hukum
kini menjadi alasan utama mengapa Supandi dinilai layak memangku jabatan Ketua
MA yang sebentar lagi akan ditinggalkan oleh sang maestro, Prof. Hatta Ali.
“Beliau bersih dari pengaruh
politik apa pun, sehingga menurut saya layak dan pantas menjadi komandan
tertinggi para hakim di Indonesia,” kata Wakil Ketua Umum Gerindra Arif
Poyuono, salah seorang sosok yang sangat mengagumi kinerja Supandi.
Kini, semuanya berpulang pada
nurani dan kejernihan hati para hakim agung di MA. Kemajuan serta citra MA di
mata masyarakat sebagai lembaga yang bersih dan terpercaya diharapkan akan
dilanjutkan oleh Ketua MA baru yang terpilih nantinya. ***Emil F. Simatupang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !