Sunarso sang Hakim Budayawan (Facebook: Ki Ageng Pangreksa Budaya)
Jakarta, Info
Breaking News – Meski namanya mungkin jarang digemakan, sosok
Hakim Sunarso yang kini menjabat sebagai Hakim Utama Muda di Pengadilan Negeri
(PN) Jakarta Pusat ini ternyata menyimpan segudang potensi dan prestasi.
Hakim Sunarso, S.H., M.H. mengawali
karirnya di bidang hukum ketika ia sukses menjadi karyawan di PN Wonosobo, Jawa
Tengah pada tahun 1982, selanjutnya di tahun 1986 ia menjadi Panitera Pengganti
di PN Mangkid Kabupaten Magelang. Sebelum berhasil memperoleh jabatan hakim,
Sunarso diketahui juga sempat menjadi calon hakim (cakim) di PN Temanggung
tahun 1996. Pria asal Gunungpati, Jateng tersebut juga sempat menjabat sebagai
hakim di PN Sabang pada tahun 1999 sebelum dipindahkan menjadi hakim di PN Liwa
di tahun 2000.
Selama karirnya ia pernah mengisi posisi
Hakim PN Bale Bandung (2007), Ketua Pengadilan Negeri (KPN) Rembang (2010),
hakim di PN Makassar (2013), Wakil Ketua Pengadilan Negeri (WKPN) di Tegal
(2015), KPN Ungaran Kabupaten Semarang hingga yang terakhir ia resmi menjadi
hakim di PN Jakarta Pusat per tahun 2017. Karena prestasinya, Sunarso juga
diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Hukum S1 Universitas Islam Sultan
Agung, Semarang.
Di luar kehidupannya sebagai seorang
praktisi hukum, Sunarso merupakan sosok yang dikenal lekat dengan seni serta
kebudayaan nasional terlebih kebudayaan Jawa. Kecintaannya terhadap seni dan
budaya dimulai ketika ia mengikuti kursus Persaudaraan Masyarakat Budaya
Nasional Indonesia (PERMADANI) di tahun 1988.
|
Artikel terkait prestasi Hakim Sunarso dalam merawat kelestarian budaya yang diterbitkan Majalah Dandapala 2018 lalu (Facebook: Ki Ageng Pangreksa Budaya) |
Di masa mudanya, Sunarso dikenal luas
sebagai seorang pembawa acara berbahasa jawa (Panata Adicara) yang cukup hebat.
Ia juga terkenal sebagai dalang wayang kulit. Hal ini yang kemudian menjadikan
sosoknya sebagai suri tauladan bagi kawula muda agar mencintai budayanya
sendiri. Bukan cuma dalang saja, Sunarso ternyata menyimpan bakat lain
yakni sebagai seorang pemain kethoprak yang handal.
Selama berkecimpung di dunia seni
budaya, Sunarso kerap diberi kesempatan untuk memimpin sejumlah komunitas. Ia
dipercaya sebagai Ketua Dewan Pakar PERMADANI Pusat, dirinya juga terpilih
sebagai Dewan Penasehat Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Provinsi Jawa
Tengah dan Masyarakat Adat Nusantara (MATRA). Yang bersangkutan juga merupakan
seorang guru sepuh (Dwija Wara) yang sesekali didaulat untuk mengajar ke
cabang-cabang PERMADANI yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Jawa
Tengah, Jawa Timur hingga Provinsi Jambi.
Lebih lanjut, Sunarso juga merupakan
salah satu anggota diskusi grup (group discussion) Saraseyan Budaya Selasa
Legen di Kampung Budaya Universitas Negeri Semarang (UNNES), Saraseyan Budaya
Setu Wage di Paguyuban Pakumpulan Karawitan Jawa Indonesia (Pakarjawi) UNNES serta
Saraseyan malam Minggu Kliwon di Sanggar PB.
Karena kepiawaiannya dalam mengelola
berbagai macam pendidikan cabang seni budaya, seperti pedalangan, karawitan,
geguritan, tari-tarian hingga bahasa sastra jawa di masyarakat, Sunarso pun
mendapat julukan Ki Ageng Pangreksa Budaya.
Untuk itu, memanglah pantas jika Hakim
Sunarso mendapat predikat sebagai Hakim Kebudayaan. Tidak heran jika Lembaga Dewan
Adat (LDA) Kraton Surakarta menamakannya Pradata Budyadiningrat, dimana Pradata
berarti aturan hukum dan Budyadiningrat adalah budaya di dunia. ***Emil F. Simatupang
|
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !