Headlines News :
Home » » Kematian George Floyd Meningkatkan Kemarahan Global

Kematian George Floyd Meningkatkan Kemarahan Global

Written By Info Breaking News on Rabu, 03 Juni 2020 | 05.38

Kemarahan rakyat Amerika meningkat  global 
Jakarta, Info Breaking News - Kematian George Floyd membuat Kemarahan meningkat di seluruh dunia, laki-laki Amerika keturunan Afrika yang meninggal minggu lalu setelah ditangkap oleh polisi di jalan kota di Minneapolis, Minnesota.
Diplomat senior Uni Eropa, Josep Borrell di Brussels mengatakan kematian Floyd disebabkan oleh penyalahgunaan kekuasaan.
"Seperti rakyat Amerika, kami terkejut dengan kematian George Floyd," kata Borrell.
Tetapi dengan pecahnya demonstrasi yang kacau selama tujuh malam turut-turut, Borrell menekankan Eropa "mendukung hak bagi demonstrasi damai dan mengutuk kekerasan serta rasisme dalam bentuk apa pun, dan juga menyerukan penurunan ketegangan."
Ribuan orang berbaris di pusat kota Sydney, kota terbesar di Australia, dengan lebih banyak lagi demonstrasi direncanakan di Paris dan tempat lainnya di Perancis, serta demonstrasi di Den Haag, Belanda.
Para demonstran Australia meneriakkan, "Saya tidak bisa bernapas," yang berulang kali diucapkan Floyd ketika diborgol dan telungkup di jalan kepada seorang polisi kulit putih, Derek Chauvin, yang menekan lututnya ke leher Floyd selama lebih dari delapan menit. Chauvin telah didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan secara sengaja dalam kasus ini.
Para demonstran Australia membandingkan kasus Floyd dengan kasus David Dungay, seorang laki-laki Aborigin berusia 26 tahun yang meninggal di penjara Sydney pada 2015 ketika ditahan oleh lima polisi. Dungay juga megap-megap sebelum meninggal sehingga ia tidak bisa bernapas.
Para pengunjuk rasa membawa plakat merujuk pada demonstran di AS yang mengatakan, "Kami Melihat Anda, Kami Mendengar Anda, Kami Mendukung Anda." Plakat lainnya berbunyi, "Kami di sini karena mereka tidak mendukung," yang menunjukkan gambar Floyd dan Dungay.
Para pemimpin Afrika juga mengecam kematian Floyd ketika berada dalam tahanan polisi.
Presiden Ghana, Nana Akufo-Addo, dalam sebuah pernyataan mengatakan "Ada yang tidak benar kalau pada abad ke-21 ini, Amerika yang katanya benteng besar demokrasi , masih bergelut terus dengan masalah rasisme yang sistemik."
Pemimpin oposisi Kenya dan mantan Perdana Menteri Raila Odinga mengatakan ia berdoa "agar ada keadilan dan kebebasan bagi semua manusia yang menyebut Amerika sebagai negaranya."

Dari hasil otopsi, diketahui kematian Floyd adalah pembunuhan. "Mendiang mengalami peningkatan cardiopulmonary ketika ditahan polisi," ulas laporan itu. 

Dalam laporan post-mortem yang dirilis, diketahui pria 46 tahun itu mengalami sesak napas, seperti dilaporkan Sky News, Senin (1/6/2020). 

Kematian George Floyd karena sesak napas, di mana leher dan punggungnya ditekan ketika ditindih oleh pelaku yang bernama Derek Chauvin. "Aku tak bisa bernapas." Inilah kalimat terakhir yang diteriakkan Floyd saat ditindih. 

Chauvin langsung dipecat dan ditangkap begitu kabar mengenai insiden itu viral. Adapun pemeriksaan post-mortem itu dilakukan oleh dokter yang menangani jenazah Eric Garner, yang tewas di tangan polisi pada 2014, memunculkan pergerakan Black Lives Matter.*** Nonvie Koesdarman 

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved