Berlin, Info Breaking News –
Sebanyak 15.000 warga negara Inggris berpindah menjadi warga negara Jerman
sepanjang tahun 2019. Hal ini dipicu oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa (EU)
atau yang lebih dikenal dengan Brexit.
Biro Statistik Federal Jerman
dalam keterangan persnya, Rabu (3/6/2020) menyebut pada 2019 sekitar 128.900
orang asing memperoleh kewarganegaraan Jerman.
“Setengah dari jumlah peningkatan itu ternyata berasal
dari proses naturalisasi warga negara Inggris,” demikian bunyi pernyataaan Biro
Statistik Federal Jerman.
Dijelaskan, sepanjang 2019, terdapat 14.600 warga negara
Inggris yang dinaturalisasi menjadi warga negara Jerman. Angka tersebut jauh
lebih tinggi daripada jumlah gabungan dua tahun sebelumnya, bahkan sebelum
referendum Brexit pada 2015.
Inggris
sendiri resmi meninggalkan Uni Eropa sejak 31 Januari lalu. Namun, pembicaraan
mengenai bagaimana hubungan masa depan Inggris dengan blok itu melalui proses
cukup panjang dan mengalami kebuntuan.
Sejumlah
survei menunjukkan banyak warga negara Inggris yang khawatir mereka akan kehilangan
hak untuk tinggal dan bekerja di Jerman, sang raksasa ekonomi Eropa. Hal itulah
yang kemudian mendorong mereka untuk menjadi warga negara Jerman.
Saat
Inggris masih menjadi anggota UE, warga negara Inggris bisa dengan bebas memiliki
kewarganegaraan ganda, termasuk kewarganegaraan Jerman. Namun, seiring
efektifnya Brexit, Jerman tidak mengakui status kewarganegaraan ganda bagi
warga Inggris.
Warga
negara asing diharuskan pernah tinggal di Jerman selama delapan tahun untuk
bisa mengajukan aplikasi kewarganegaraan Jerman. Prosesnya sendiri memakan
waktu lebih dari enam bulan. Hal itu, juga diberlakukan bagi warga Inggris
sejak Brexit efektif.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas,
mengatakan ada peningkatan risiko dari Brexit di tengah-tengah krisis pandemo
virus corona (Covid-19), karena negosiasi antara Inggris dan UE tentang hubungan
perdagangan di masa depan tak menunjukkan adanya tanda-tanda kemajuan.
Inggris
meninggalkan Uni Eropa pada bulan Januari 2020, dan pembicaraan dengan blok
tersebut sekarang difokuskan pada penetapan ketentuan perdagangan baru mulai
2021, ketika periode transisi status-quo London berakhir. Namun pembicaraan tersebut
menemukan jalan buntu ketika negosiasi dilanjutkan bulan lalu.
"Ini
mengkhawatirkan bahwa Inggris semakin menjauh dari deklarasi politik yang
disepakati bersama tentang masalah-masalah utama dalam negosiasi. Ini sama
sekali tidak aktif, karena negosiasi adalah paket lengkap seperti yang
tercantum dalam deklarasi politik," kata Maas dikutip oleh surat kabar Augsburger Allgemeine.
Menurut
Maas, saat ini tidak ada landasan bersama tentang bagaimana membentuk
kesepakatan perdagangan yang komprehensif, atau tentang apakah akan
memperpanjang periode negosiasi setelah akhir tahun.
"Pemerintah
Inggris masih menolak untuk memperpanjang tenggat waktu. Jika tetap seperti
itu, kita harus berurusan dengan Brexit selain masalah corona, pada pergantian
tahun," tuturnya.
Di
kesempatan lain, Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Coveney, mengatakan
pandemi Covid-19 telah membuat pertemuan sulit dilakukan untuk mencapai
kesepakatan perdagangan Inggris-UE, sehingga sangat masuk akal untuk
memperpanjang batas waktu. ***Radinal
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !