Headlines News :
Home » » Pasca Brexit, 15.000 Warga Inggris Berpindah Kewarganegaraan

Pasca Brexit, 15.000 Warga Inggris Berpindah Kewarganegaraan

Written By Info Breaking News on Jumat, 05 Juni 2020 | 17.55



Berlin, Info Breaking News – Sebanyak 15.000 warga negara Inggris berpindah menjadi warga negara Jerman sepanjang tahun 2019. Hal ini dipicu oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa (EU) atau yang lebih dikenal dengan Brexit.

Biro Statistik Federal Jerman dalam keterangan persnya, Rabu (3/6/2020) menyebut pada 2019 sekitar 128.900 orang asing memperoleh kewarganegaraan Jerman.

Setengah dari jumlah peningkatan itu ternyata berasal dari proses naturalisasi warga negara Inggris,” demikian bunyi pernyataaan Biro Statistik Federal Jerman.

Dijelaskan, sepanjang 2019, terdapat 14.600 warga negara Inggris yang dinaturalisasi menjadi warga negara Jerman. Angka tersebut jauh lebih tinggi daripada jumlah gabungan dua tahun sebelumnya, bahkan sebelum referendum Brexit pada 2015.

Inggris sendiri resmi meninggalkan Uni Eropa sejak 31 Januari lalu. Namun, pembicaraan mengenai bagaimana hubungan masa depan Inggris dengan blok itu melalui proses cukup panjang dan mengalami kebuntuan.

Sejumlah survei menunjukkan banyak warga negara Inggris yang khawatir mereka akan kehilangan hak untuk tinggal dan bekerja di Jerman, sang raksasa ekonomi Eropa. Hal itulah yang kemudian mendorong mereka untuk menjadi warga negara Jerman.

Saat Inggris masih menjadi anggota UE, warga negara Inggris bisa dengan bebas memiliki kewarganegaraan ganda, termasuk kewarganegaraan Jerman. Namun, seiring efektifnya Brexit, Jerman tidak mengakui status kewarganegaraan ganda bagi warga Inggris.

Warga negara asing diharuskan pernah tinggal di Jerman selama delapan tahun untuk bisa mengajukan aplikasi kewarganegaraan Jerman. Prosesnya sendiri memakan waktu lebih dari enam bulan. Hal itu, juga diberlakukan bagi warga Inggris sejak Brexit efektif.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, mengatakan ada peningkatan risiko dari Brexit di tengah-tengah krisis pandemo virus corona (Covid-19), karena negosiasi antara Inggris dan UE tentang hubungan perdagangan di masa depan tak menunjukkan adanya tanda-tanda kemajuan.

Inggris meninggalkan Uni Eropa pada bulan Januari 2020, dan pembicaraan dengan blok tersebut sekarang difokuskan pada penetapan ketentuan perdagangan baru mulai 2021, ketika periode transisi status-quo London berakhir. Namun pembicaraan tersebut menemukan jalan buntu ketika negosiasi dilanjutkan bulan lalu.

"Ini mengkhawatirkan bahwa Inggris semakin menjauh dari deklarasi politik yang disepakati bersama tentang masalah-masalah utama dalam negosiasi. Ini sama sekali tidak aktif, karena negosiasi adalah paket lengkap seperti yang tercantum dalam deklarasi politik," kata Maas dikutip oleh surat kabar Augsburger Allgemeine.

Menurut Maas, saat ini tidak ada landasan bersama tentang bagaimana membentuk kesepakatan perdagangan yang komprehensif, atau tentang apakah akan memperpanjang periode negosiasi setelah akhir tahun.

"Pemerintah Inggris masih menolak untuk memperpanjang tenggat waktu. Jika tetap seperti itu, kita harus berurusan dengan Brexit selain masalah corona, pada pergantian tahun," tuturnya.

Di kesempatan lain, Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Coveney, mengatakan pandemi Covid-19 telah membuat pertemuan sulit dilakukan untuk mencapai kesepakatan perdagangan Inggris-UE, sehingga sangat masuk akal untuk memperpanjang batas waktu. ***Radinal

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved