Tokyo, Info Breaking News - Poduk Domestik Bruto (PDB) Jepang menyusut 27,8 % pada triwulan kedua 2020 (annualized) dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini menyebabkan ekonomi Negeri Sakura mengalami kontraksi terbesar sejak tahun 1980. Secara seasonally adjusted, perekonomian Jepang menyusut 7,8 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Pandemi memaksa pemerintah melakukan lockdown yang kemudian berimbas pada hancurnya bisnis dan belanja konsumen. Lockdown diberlakukan pada 7 April di Tokyo dan enam prefektur lainnya, lalu diikuti oleh seluruh Jepang. Lockdown untuk semua 47 prefektur akhirnya dicabut bulan Mei.
Angka kontraksi kuartal kedua itu lebih besar dari perkiraan analis yang disurvei Reuters sebesar 27,2%. Dengan penurunan ini, Jepang mengalami kontraksi triwulanan ketiga kalinya secara berturut-turut.
Ekonomi Jepang diharapkan mulai bangkit dari kelesuan setelah lockdown dicabut pada akhir Mei dan banyak analis memperkirakan rebound moderat pada Juli-September. Kenaikan kurva Covid-19 menekan pengeluaran konsumen yang selama ini menjadi motor ekonomi Jepang.
Pada kuartal kedua 2020, konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari setengah ekonomi Jepang, turun 8,2%, lebih besar dari perkiraan para analis yang memprediksi penurunan 7,1%. Belanja modal turun 1,5% pada kuartal kedua, lebih rendah dari rata-rata perkiraan pasar untuk penurunan 4,2%.
Permintaan eksternal, atau ekspor dikurangi impor, terpangkas 3,0 poin persentase dari PDB, karena pandemi mengurangi permintaan global. Permintaan otomotif berkurang menyebabkan ekspor barang dan jasa turun 18,5 persen.
Jepang telah mengerahkan stimulus fiskal dan moneter besar-besaran untuk meredam pukulan dari pandemi. Ekonomi Jepang sebelumnya sudah terhuyung-huyung akibat dari kenaikan pajak penjualan tahun lalu dan perang dagang AS-Tiongkok. ***Jeremy
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !