Saat Presiden Joko Widodo Memberikan kekuatan batin atas meninggalnya sang putra mahkota, alm. Irvanto |
Palaran City, Info Breaking News - Tidak terbantahkan jejak langka spektakuler Ketua Mahkamah Agung (MA) ke 13, Prof. Dr. Hatta Ali, sang Maestro dibidang hukum, sudah melakukan banyak terobosan hukum sekaligus menjadikan MA sebagai lembaga hukum yang disegani oleh lawan dan kawan. Dari angka 13 yang banyak orang anggap sial dangkal, dirubahnya menjadi kemajuan yang sukses, mengaktipkan mesin mesin berkaliber di jajaran lembaga, seperti PTSP, kontrol keluar masuk perkara, dan system pengawasan serta pembinaan yang berkala.
Seperti ditakdirkan dengan angka 13 itu pula Hatta Ali membangun ruang kerjanya di lantai 13 MA, yang tingginya melampui Istana Negara, serta mendapatkan SK Pelantikan nya sebagai KMA oleh Presiden, juga bernomor 13, tapi mampu dirubahnya persepsi sial itu menjadi cemerlang sukses berjaya, memiliki kharismatik,wibawa tinggi seperti jangkungnya tubuh lelaki berkulit putih bersih, yang masa mudanya hobby balapan motor, bela diri karate, dan renang.
Dan dimasa jaya MA ditangan Hatta Ali itulah pernah memberhentikan Yamani, seorang hakim agung, karena terbukti bersalah dalam menulis vonis hukuman seorang terdakwa bandar narkoba, dari 15 tahun penjara, dirubah oleh hakim agung Yamani menjadi 12 tahun, padahal sesungguhnya hasil akhir vonis ditingkat MA adalah 15 tahun penjara.
Sikap tegas Hatta Ali itupun menjadi sesuai dengan hasil keputusan KY dan lembaga hukum terkait lainnya, padahal perberhentian seorang hakim agung yang dilakukan sang Maestro tidak pernah diminta oleh pihak KPK.
"Saya berhentikan dengan tidak hormat, karena kasus seperti ini bisa membuat masyarakat dan hakim agung lainnya, bisa menjadi kurang ajar terhadap lembaga" ungkap Hatta Ali, khusus kepada Info Top Breaking News, lewat perbincangan panjang dikediaman sang maestro. dikawasan Tangerang.
Dua sahabat sejati, wartawan Emil F Simatupang & Prof. Dr. Hatta Ali, SH MH. |
Dan dengan perasaan berduka, Hatta Ali, kecewa berat dengan perkembangan yang saat ini dilembaga yang dicintainya, karena banyak yang berubah dari yang diharapkannya, bahkan ada beberapa yang sangat diluar ekspektasi, jangkauan pikirannya, terhadap anak didiknya para hakim yang kini sedang bermasalah hukum itu, karena menurutnya profil hakim SD dan GZ, sejak dulu sebenarnya tidak berani menerima tamu dari orang orang yang sedang berperkara, apalagi menerima imbalan berupa uang, seperti sekarang ramai diberitakan.
"Dulu ketika KPT Manado tertangkap KPK, saya langsung tegaskan dihadapan wartawan dalam acara terbuka yang dipenuhi banyak orang. Saya tegaskan berulangkali, jika masih ada ketua pengadilan tinggi dimanapun, yang ditangkap KPK, maka saya akan mengundurkan diri sebagai KMA. Dan statmen saya itu, membuat banyak senior marah pada saya, karena bagaimana mungkin saya bisa menjangkau mereka yang tersebar dipelosok daerah. Tapi, terbukti, sampai dengan sisa 4 tahun di priode kedua saya purnabakti, jangan kan hakim agung, KPT pun tidak ada lagi yang tertangkap karena korupsi. Kenapa ?, karena mereka ternyata sangat mencintai saya, dan semakin mereka merasa memiliki kecintaan terhadap lembaga." kata Hatta Ali, menahan miris dibatin.
Lebih lanjut, Hatta Ali yang pernah mengalami goncangan paling dahsyat atas dipanggil sang Kholik, putra tunggalnya, almarhum Irvanto (41 th), akibat kecelakaan tunggal saat touring moge di Afrika Selatan itu.
"Seorang KMA memang harus berani, strong,dan sedikit rada preman, agar jajarannya, khususnya di bagian pengawasan dan pembinaan, benar benar aktip, dan mau mendengarkan semua masukan, terutama dari laporan laporan, maupun dari kalangan wartawan. Jangan menutup diri, dan jangan cepat merasa puas, padahal terlalu banyak masalah yang harus disikapi secara cerdas, jangan beleng-beleng." cetus Hatta Ali, yang sering berkelahi dengan kalangan preman, dimasa duduk dibangku kuliah, di Makassar. (bersambung) *** Emil F Simatupang.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !