Headlines News :
Home » » Kisah Nyata Mantan Tukang Koran Yang Berubah jadi Triliuner

Kisah Nyata Mantan Tukang Koran Yang Berubah jadi Triliuner

Written By Info Breaking News on Jumat, 30 Desember 2022 | 16.20

Howard Schultz

Jakarta, Info Breaking News - Tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Selagi berpegang pada prinsip MTM ( mau, tahu, mampu ) seperti membalikkan telapak tangan, segalanya bisa berubah dengan cepat, termasuk nasib seseorang. Dari yang dulunya hidup serba kekurangan, penuh penderitaan bisa saja kini ia memiliki harta berlimpah ruah, nama besar dan jabatan yang bukan kaleng-kaleng.

Seperti Howard Schultz. Ia adalah orang yang berjasa menjadikan Starbucks sebagai perusahaan kopi yang mendunia. tidak langsung menjadi bos, ia melewati lika-liku kehidupan yang cukup panjang. Sejatinya, masa kecil orang terkaya di dunia urutan ke 728 versi Forbes ini memang cukup menyedihkan. Namun perjuangannya hingga sukses tentu sangat menginspirasi dan penuh dengan pelajaran finansial.

Schultz lahir di Brooklyn, New York, 1953. Ayahnya Fred Schultz adalah mantan angkatan bersenjata yang berakhir bekerja sebagai sopir. 

Namun nasib nahas terjadi. Fred mengalami kecelakaan yang membuatnya butuh perawatan ekstra. Sayangnya, saat itu ia tak miliki asuransi. Perekonomian keluarga pun mendadak memburuk. Bahkan karena hal ini, di usia Schultz yang baru 12 tahun sudah harus bekerja menjadi loper koran dan pelayan kafe. Lalu, di usia 16 tahun ia bekerja sebagai pegawai toko. 

Howard Schultz ternyata adalah sosok yang cerdas. Ia memiliki bakat di bidang olahraga yang akhirnya membuat ia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Northern Michigan University, jurusan Komunikasi. 

Setelah lulus kuliah di tahun 1975 , ia bekerja selama tiga tahun di Xerox sebagai sales manager. Saat Schultz datang menyambangi Starbucks, ia seolah melihat ada mutiara terpendam di toko yang dulunya masih sangat kecil ini. 

Ia pun tertarik untuk bekerja di sana, dan ditempatkan di divisi marketing. Meski dengan gaji yang sangat kecil, ia tetap melakoninya dengan baik.  Berawal dari 11 gerai, Schultz berhasil membesarkan Starbucks hingga memiliki 33 ribu gerai yang tersebar di banyak negara. Setelah setahun bekerja ia dikirim ke Italia untuk menimba ilmu tentang industri kopi. Di situlah ia mendapat banyak inspirasi baru untuk pengembangan bisnis Starbucks, termasuk meminta untuk tempat ngopi ini di desain senyaman mungkin, seperti di Italia. 

Sayangnya ide tersebut ditolak karena dianggap merugikan. Schultz pun akhirnya keluar dari Starbucks dan membuat kedai kopi sendiri di Seattle dengan modal USD 1,7 juta. Nama dari Bahasa Italia ini digunakan oleh Schultz untuk nama kedai kopi barunya. Il Giornale pun berhasil mencetak kesuksesan.

Dalam mendirikan Il Giornale, Schultz juga harus berjuang mati-matian, terutama dalam mencari pinjaman dana. Schultz blak-blakan mengatakan, dia sudah meminta bantuan kepada 242 orang, dan sebanyak 217 orang di antaranya menolaknya mentah-mentah.

Selama dua tahun berkecimpung di Il Giornale, Schultz mendengar kabar bahwa pemilik Starbucks berniat menjual gerainya, peralatan pembuat kopi, serta nama brand Starbucks itu sendiri. Mereka menawarkan harga jual sebesar US$ 4 juta. Schultz pun langsung melobi segenap pihak untuk meminjam dana. Cukup menarik untuk diketahui bahwa Bill Gates ternyata jadi investor pertama di Starbucks. 

Di bawah kepemimpinan Schultz, Starbucks pun menjadi jaya. Pada 1992, Starbucks telah memiliki 165 gerai yang disertai total pendapatan bersih sebesar US$ 93 juta. Mereka pun melakukan IPO. Dan pada tahun 2000, Starbucks akhirnya go internasional. Mereka berhasil membuka 3.500 gerai di berbagai negara dan total pendapatan bersihnya per tahun mencapai US$ 2,2 miliar! Siapa sangka, kedai kopi inilah yang akhirnya membuat Schultz kaya raya.

Meski demikian, yang namanya bisnis tentu bakal mengalami masa-masa sulit. Di tahun 2008. Schultz terpaksa menutup sementara 7.100 gerai di Amerika. Tapi dua tahun kemudian, laba bersih Starbucks meroket tiga kali lipat, dari US$ 315 juta menjadi US$ 945 juta!

Di tahun 2018, pria ini mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO. Namun di tahun 2022 dia kembali menjadi CEO interim karena dirinya hendak menunjuk orang baru untuk memimpin perusahaan ini. 

Dari kisah nyata perjuangan Schultz, penulis ingin mengingatkan bahwa " Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri ".

Sujud- sujud wajib, sujud-sujud disepertiga malam, dzikir berkepanjangan dan puasa-puasa sunnah tanpa usaha adalah kebohongan, namun ikhtiar tanpa do'a adalah kesombongan. Buktikan kau siapa, hingga orang lain bertanya kau anak siapa. Bukan sebaliknya, karena kau anak siapa, maka kau bisa menjadi apa. *** Lisa Afrida Fachriany

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved