Nurcholis Agi
Depok, Info Breaking News - Kisah sejati ini perlu disimak agar termotivasi bagi generasi muda yang semakin dimanjakan oleh keadaan yang serba instan. Contoh bisnis Mall Rongsok adalah pusat penjualan barang dan furniture bekas di Depok yang telah berdiri sejak 2010. Ternyata, sebelum memiliki 2 gedung di dekat Tol Kukusan, pemilik Mall Rongsok sempat bekerja di bidang lain, salah satunya sebagai apoteker.
Dia memiliki prinsip saat menekuni sesuatu harus dipahami hingga menguasainya. Maka dari itu, dia ingin menekuni hobinya dan berhenti menjadi apoteker. Nurcholis pun membuka bengkel di rumah.
arena hobi kan. Tapi hobi juga karena suatu hal yang ditantang sama kawan tadinya. Di tahun 90-an itu saya ditantang. Harus ahli dalam segala keahlian atau yang namanya skill. Harus ahli, plus juga teorinya. Akhirnya saya kejar itu yang namanya skill keahlian. Jadi waktu itu saya masih kerja di salah satu apotek," katanya kepada detikProperti pada Rabu (5/6/2024).
Selain bengkel, Nurcholis juga sempat membuka studio musik dan service ponsel. Bolak-balik berganti jenis usaha, puncaknya pada saat kerusuhan Mei 1998 seluruh barangnya habis termasuk uangnya.
"Sampai tahun 98, pas habis kerusuhan. Segala macam sudah saya kerjakan. Akhirnya saya kepikiran, saya ambil barang dari lapak-lapak, kemudian saya perbaiki, dan saya jual melalui salah satu iklan di Pos Kota," tuturnya.
Dari sana, Nurcholis kembali mendapatkan pemasukan. Dia memakai sebagian uangnya untuk membeli barang bekas lalu memperbaikinya untuk dijual kembali. Kemudian, sebagian uangnya digunakan untuk makan di mal. Pada saat itu, dia memang suka makan di mal.
Dari kegemarannya ini, muncullah ide usaha dengan nama 'mal' dengan barang yang dijual adalah barang bekas seperti yang dia kerjakan saat ini. Namun, realisasinya tidak instan. Dia merasa jika ingin menggunakan nama mal untuk usahanya, barang yang dijual harus banyak. Sementara itu, pada saat itu barang bekas miliknya belum begitu banyak.
Cabang Mall Rongsok atau biasa disebut Wisata Rongsok Jalan Kukusan Raya No 139. Foto: Sekar Aqillah Indraswari
Baca juga:
Mall Rongsok: Pusat Berburu Furniture Bekas di Depok
"Saya kepikiran pada waktu tahun 98, bagaimana caranya kalau saya dapat uang, saya akan buat mall tapi rongsok. Nah itu tujuan awalnya," ujarnya.
Dia pun mulai belanja barang bekas dari lapak-lapak dalam jumlah besar. Hingga pada 2010 dia berani memakai nama Mall Rongsok hingga saat ini. Sejak saat itu, dia mengaku sudah banyak media yang datang untuk meliputnya. Dari sana, usahanya semakin dikenal masyarakat bahkan hingga keluar Depok.
Mall Rongsok pun mulai fokus menjual berbagai barang rumah tangga dengan harga murah. Nurcholis menyebut barang yang tidak dijual di Mall Rongsok hanya baju, tas, dan sepatu.
Bisnisnya semakin besar hingga dapat membuka cabang di daerah lain seperti Cinere dan Gaplek. Namun, Mall Rongsok di daerah tersebut sudah tutup. Cabang yang tersisa hanya yang berada di Depok, dekat dari bangunan Mall Rongsok pertama.
Cabang Mall Rongsok terbaru dibangun di Jalan Kukusan Raya No. 139 pada 2020 seluas 550 meter persegi dengan 4 lantai. Sementara bangunan utamanya berada di Jalan Bungur Raya, Beji seluas 880 meter persegi dengan 3 lantai.
"Di Ciniere ada empat tempat waktu dapat borongan gede. Karena saya ada kawan yang mendanai. Lama-lama jadi besar. Lama-lama saya pusing juga banyak tempat gitu. Akhirnya saya rampingkan. Saya juga (sekarang) nggak terlalu banyak mengambil borongan besar. Karena memang kalau borongan besar ini, tempatnya harus banyak, harus luas," jelasnya.
Dia mengaku saat ini mulai mengurangi belanja barang bekas dalam bentuk Borongan. Menurutnya barang bekas yang dimilikinya saat ini sudah cukup banyak, bahkan sampai 10 tahun ke depan mungkin masih bersisa.
"Akhirnya seiring berjalan waktu, sekarang ngerem dikit untuk belanja yang banyak. Tapi karena sudah barang numpuk, yang ada aja kita jual sampai 10 tahun itu masih bersisa, gitu kan. Biarin kayak gitu," pungkasnya. *** Lisa AF
"Sampai tahun 98, pas habis kerusuhan. Segala macam sudah saya kerjakan. Akhirnya saya kepikiran, saya ambil barang dari lapak-lapak, kemudian saya perbaiki, dan saya jual melalui salah satu iklan di Pos Kota," tuturnya.
Dari sana, Nurcholis kembali mendapatkan pemasukan. Dia memakai sebagian uangnya untuk membeli barang bekas lalu memperbaikinya untuk dijual kembali. Kemudian, sebagian uangnya digunakan untuk makan di mal. Pada saat itu, dia memang suka makan di mal.
Dari kegemarannya ini, muncullah ide usaha dengan nama 'mal' dengan barang yang dijual adalah barang bekas seperti yang dia kerjakan saat ini. Namun, realisasinya tidak instan. Dia merasa jika ingin menggunakan nama mal untuk usahanya, barang yang dijual harus banyak. Sementara itu, pada saat itu barang bekas miliknya belum begitu banyak.
Cabang Mall Rongsok atau biasa disebut Wisata Rongsok Jalan Kukusan Raya No 139. Foto: Sekar Aqillah Indraswari
Baca juga:
Mall Rongsok: Pusat Berburu Furniture Bekas di Depok
"Saya kepikiran pada waktu tahun 98, bagaimana caranya kalau saya dapat uang, saya akan buat mall tapi rongsok. Nah itu tujuan awalnya," ujarnya.
Dia pun mulai belanja barang bekas dari lapak-lapak dalam jumlah besar. Hingga pada 2010 dia berani memakai nama Mall Rongsok hingga saat ini. Sejak saat itu, dia mengaku sudah banyak media yang datang untuk meliputnya. Dari sana, usahanya semakin dikenal masyarakat bahkan hingga keluar Depok.
Mall Rongsok pun mulai fokus menjual berbagai barang rumah tangga dengan harga murah. Nurcholis menyebut barang yang tidak dijual di Mall Rongsok hanya baju, tas, dan sepatu.
Bisnisnya semakin besar hingga dapat membuka cabang di daerah lain seperti Cinere dan Gaplek. Namun, Mall Rongsok di daerah tersebut sudah tutup. Cabang yang tersisa hanya yang berada di Depok, dekat dari bangunan Mall Rongsok pertama.
Cabang Mall Rongsok terbaru dibangun di Jalan Kukusan Raya No. 139 pada 2020 seluas 550 meter persegi dengan 4 lantai. Sementara bangunan utamanya berada di Jalan Bungur Raya, Beji seluas 880 meter persegi dengan 3 lantai.
"Di Ciniere ada empat tempat waktu dapat borongan gede. Karena saya ada kawan yang mendanai. Lama-lama jadi besar. Lama-lama saya pusing juga banyak tempat gitu. Akhirnya saya rampingkan. Saya juga (sekarang) nggak terlalu banyak mengambil borongan besar. Karena memang kalau borongan besar ini, tempatnya harus banyak, harus luas," jelasnya.
Dia mengaku saat ini mulai mengurangi belanja barang bekas dalam bentuk Borongan. Menurutnya barang bekas yang dimilikinya saat ini sudah cukup banyak, bahkan sampai 10 tahun ke depan mungkin masih bersisa.
"Akhirnya seiring berjalan waktu, sekarang ngerem dikit untuk belanja yang banyak. Tapi karena sudah barang numpuk, yang ada aja kita jual sampai 10 tahun itu masih bersisa, gitu kan. Biarin kayak gitu," pungkasnya. *** Lisa AF
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !