Diketahui, peluncuran vaksin Jepang baru dimulai pada pertengahan Februari, yakni beberapa bulan di belakang banyak negara kaya. Keterlambatan tersebut terkait dengan persyaratan pengujian klinis dan proses persetujuan yang panjang.
Sementara itu inokulasi untuk pasien lanjut usia yang dimulai pada April, juga diperlambat oleh kekurangan pasokan vaksin impor.
Namun, kecepatan vaksinasi di Jepang mulai menunjukkan peningkatan pada akhir Mei, dan sejak itu mencapai 1 juta dosis per hari.
“Sekitar 60 persen populasi Jepang diperkirakan akan divaksinasi penuh pada akhir September, setara dengan tingkat saat ini di Eropa,” kata Menteri Ekonomi Jepang Yasutoshi Nishimura, yang bertanggung jawab atas tindakan Covid-19 dalam acara bincang-bincang mingguan televisi publik NHK pada Minggu (12/9/2021), seperti dikutip AP.
Nishimura mengaku pihaknya kini tengah mempelajari peta jalan untuk melonggarkan pembatasan Covid-19 sekitar November, ketika sebagian besar penduduk diperkirakan akan divaksinasi sepenuhnya.
Pada tahap itu, orang yang divaksinasi sepenuhnya dan mereka yang dites negatif akan dimungkinkan untuk bepergian, berkumpul untuk pesta atau menghadiri acara massal.
Kemajuan vaksinasi juga membantu mengurangi kasus serius dan kematian di antara orang tua.
Tetapi infeksi dari varian virus menyebar secara eksplosif pada Agustus, di antara generasi muda yang sebagian besar masih belum divaksinasi, sistem perawatan kesehatan yang sangat kewalahan.
Jepang pada Jumat (10/9/2021) memperpanjang keadaan darurat yang sedang berlangsung di Tokyo dan 18 daerah lainnya hingga 30 September. Langkah-langkah tersebut berfokus pada permintaan agar restoran tutup lebih awal dan tidak menyajikan alkohol.
Sejauh ini, Jepang mencatat ada lebih dari 1,65 juta kasus Covid-19 dan 16.700 kematian. ***Jeremy Foster
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !