JAKARTA, Info Breaking News – Perjalanan Presiden Joko Widodo ke luar negeri selama sepekan, yakni ke Italia, Skotlandia, dan Uni Emirat Arab (UEA), telah menunjukkan betapa Indonesia memiliki peran penting di percaturan internasional.
Perjalanan Kepala Negara pada 29 Oktober hingga 5 November 2021 ini, memperlihatkan keberadaan dan peran Indonesia diakui dunia, terutama dalam hal menentukan kerangka kebijakan perekonomian global dan penyelamatan bumi. Apresiasi tentu saja tersemat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Indonesia.
Tujuan pertama Presiden adalah Roma, Italia di mana Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G-20) berlangsung 30-31 Oktober 2021. Pada forum ini kehadiran Indonesia cukup penting karena menerima tongkat estafet presidensi atau keketuaan KTT G-20 tahun depan.
Indonesia menerima presidensi G-20 dari Italia untuk penyelenggaraan tahun berikutnya yang dimulai pada 1 Desember mendatang. Meski penyelenggara forum G-20 ini bergilir, kepercayaan seluruh anggota forum prestisius ini kepada Indonesia secara tidak langsung merupakan sebuah bentuk apresiasi.
Sudah menjadi pengetahuan umum negara-negara yang tergabung di forum ini menguasai 85% dari PDB dunia. Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN anggota G-20 atau yang sering disebut ”The Only Global Premier Economic Forum” representasi perekonomian dunia.
Posisi Indonesia ini disebut sangat strategis sebab dapat memperkuat posisi kepemimpinan di kawasan dan terutama menjadi jembatan bagi suara kolektif negara-negara ASEAN lainnya.
Dari Italia, Jokowi yang diiringi sejumlah menteri bertolak menuju Glasgow, Skotlandia, untuk KTT Iklim Conference of the Parties ke-26 atau COP-26 World Leader Summit, pada 1-2 November 2021. KTT yang diprakarsai PBB dengan tuan rumah Inggris ini menghadirkan 120 pemimpin dunia.
Lagi-lagi kehadiran Indonesia menjadi sangat berarti, khususnya bagi penyelenggara. Bagaimana tidak, negara-negara besar dan berpengaruh pada perubahan iklim Tiongkok dan Brasil, ternyata tidak hadir.
Para pakar lingkungan dunia menyebut Tiongkok bertanggung jawab terhadap lebih dari seperempat emisi global. Sementara Brasil adalah pemilik hutan hujan tropis terluas di dunia, yakni Amazon seluas 6 juta kilometer persegi.
Presiden Brasil, Jair Bolsonaro tidak memberikan alasan ketidakhadirannya di COP-26. Ia lebih memilih mengunjungi sebuah kota di Italia yang akan memberinya kewarganegaraan kehormatan.
Negara besar lainnya yang tidak hadir adalah Rusia. Presiden Vladimir Putin beralasan tidak hadir karena pandemi.
Padahal komitmen dan upaya nyata negara-negara tersebut sangat dibutuhkan di forum COP-26 ini demi mencegah perubahan iklim karena pemanasan global. Para pemilik hutan sebagai paru-paru dunia wajib mencegah penggundulan sementara negara-negara pemilik industri beralih ke bahan bakar non-fosil.
Indonesia konsisten menunjukkan komitmennya menyelamatkan bumi dengan upaya nyata. Salah satunya adalah hadir di KTT. Bisa dibayangkan bila Indonesia, negara dengan luas hutan hujan tropis terluas kedua di dunia setelah Brasil, juga tidak hadir. Penyelenggaraan COP-26 bisa dianggap tidak punya greget karena ketiadaan negara-negara besar.
Kehadiran Presiden Jokowi di COP-26 sebagai simbol keteguhan memegang komitmen adalah satu hal. Hal lain yang lebih hakiki adalah bagaimana Indonesia mencegah penggundulan hutan dan kebakaran hutan, penghijauan termasuk penanaman mangrove, serta menuju energi baru terbarukan.
Terakhir, Presiden dan rombongan terbang ke Timur Tengah, tepatnya Uni Emirat Arab (UEA) untuk lawatan 3-5 November 2021. Jokowi melangsungkan pertemuan dengan Putra Mahkota Mohammed bin Zayed di Abu Dhabi, dan Perdana Menteri (PM) yang juga Emir Dubai Mohammed Bin Rashid Al Maktoum.
Pada pertemuan ini, apresiasi jelas dialamatkan kepada Presiden Jokowi ditandai dengan adanya nama jalan dan masjid menggunakan namanya.
Pandangan Indonesia
Di KTT G-20 di Roma, Presiden Jokowi menyampaikan pandangan Indonesia untuk tiga agenda utama, yaitu ekonomi dan kesehatan global, perubahan iklim dan lingkungan, serta pembangunan berkelanjutan.
KTT G-20 menghasilkan teks deklarasi dari para pemimpin negara yang berisi tentang isu global yang menggambarkan perekonomian dunia termasuk tindakan bersama yang dapat dilakukan negara anggota G-20.
Deklarasi para pemimpin ini terdiri dari 61 paragraf yang mencakup 26 isu yang menggambarkan tantangan perekonomian dunia termasuk situasi pandemi Covid-19 dan apa yang dapat dilakukan bersama oleh negara-negara anggota G-20. Sejumlah isu yang masuk di dalam deklarasi tersebut, antara lain, kesehatan, energi dan perubahan iklim, perjalanan internasional, hingga ekonomi digital
Dalam bidang kesehatan, Indonesia termasuk salah satu negara yang mengusulkan pembentukan joint health and finance task force untuk membantu pendanaan penanganan kesehatan di masa pandemi Covid-19.
Pada isu energi dan perubahan iklim, terjadi perdebatan yang mendalam saat membahas mengenai target pengurangan emisi karbon dan penetapan time frame menuju net zero emission.
Selain itu, Indonesia berhasil memasukkan prinsip common but differentiated responsibilities (CBDR) dalam konteks energi dan iklim. Dalam konteks tersebut, Indonesia menekankan pentingnya pemenuhan komitmen pembiayaan iklim dari negara maju senilai US$ 100 miliar (sekitar Rp 1.437 triliun) untuk negara berkembang dan pembentukaan digital economy working group.
Jokowi juga mengadakan pertemuan bilateral bersama sejumlah pemimpin dunia pada Sabtu (30/10/2021) dan Minggu (31/10/2021). Yang pertama dengan Perdana Menteri Australia, Scott Morrison di mana keduanya membahas tiga hal utama, vaksinasi, pemulihan ekonomi hingga isu perubahan iklim.
Jokowi menyampaikan apresiasi dukungan vaksin Australia untuk Indonesia, 1,2 juta dosis vaksin telah tiba minggu lalu dan Indonesia juga menyambut baik rencana kedatangan 10,5 juta dosis vaksin. Presiden juga menjelaskan, kondisi Covid-19 di Tanah Air yang sudah sangat membaik, dengan positivity rate mencapai di bawah 1 persen dan lebih 185 juta vaksin telah disuntikkan.
Jokowi mengusulkan pembentukan vaccinated travel lane (VTL) Indonesia dan Australia dan kerja sama saling pengakuan sertifikat vaksin.
Jokowi juga menggelar pertemuan dengan Presiden Republik Turki, Recep Tayyip Erdogan. Kedua pemimpin membahas sejumlah hal, antara lain rencana kunjungan Presiden Erdogan ke Indonesia sekitar Januari atau Februari 2022. Juga rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Turki atau IT-CEPA. Presiden Jokowi meyakini IT-CEPA akan lebih memperkokoh kerja sama ekonomi kedua negara.
Dalam pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, ada tiga hal yang diungkap Jokowi. Pertama, ia menyambut baik kemajuan kerja sama pertahanan Indonesia-Prancis dan meminta dibukanya ruang bagi kerja sama strategis termasuk produksi bersama.
Kedua, pemimpin kemudian membahas perubahan iklim. Terkait bidang energi, Jokowi mengajak Prancis untuk meningkatkan kerja sama pengembangan teknologi yang terjangkau dan investasi sehingga transformasi energi dan ekonomi dapat berjalan lebih cepat.
Ketiga adalah presidensi Indonesia di G-20 tahun depan. Jokowi menjelaskan presidensi Indonesia akan mengutamakan inklusivitas dalam pemulihan ekonomi dunia pascapandemi. Dengan semangat tersebut, Indonesia memilih untuk mengangkat tema "Recover Together, Recover Stronger".
"Saya harapkan dukungan Prancis untuk keberhasilan Presidensi Indonesia di G-20. Pada masa presidensi Indonesia di G-20, Prancis juga akan menjabat Presiden bergilir Dewan Uni Eropa (UE). Ini akan menjadi momen strategis kerja sama Indonesia-Prancis, baik dalam konteks bilateral, ASEAN, maupun UE," jelas Jokowi.
Macron mengunggah hasil pertemuannya dengan Jokowi di media sosial (medsos) dengan kalimat yang menggunakan Bahasa Indonesia.
“Bersama jajaran mitra, kita akan terus bertindak agar kawasan Indo-Pasifik tetap menjadi ruang untuk perdamaian dan kerja sama. Perihal ini, Indonesia adalah pelaku utama, lebih dari sekadar mitra, yakni sahabat. @jokowi yang terhormat”. Demikian dikutip akun Twitter @EmmanuelMacron.
Keesokan harinya, Presiden Jokowi menggelar pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India Narendra Modi. Di awal pertemuan, Presiden mengatakan senang melihat penanganan Covid-19 di kedua negara yang terus mengalami kemajuan signifikan.
Jokowi juga membahas mengenai presidensi G-20 Indonesia yang tidak terlepas dari peran India yang bakal bertukar tempat. India baru akan menjadi Ketua G-20 tahun 2023.
Indonesia akan menyuarakan kepentingan negara berkembang dalam G-20. Dalam kaitan ini, PM Modi menyampaikan dukungan atas keketuaan Indonesia pada 2022 dan menyampaikan kesiapan untuk berkontribusi dalam menyukseskan keketuaan Indonesia.
Hal lain yang dibahas kedua pemimpin yaitu di bidang kesehatan. Presiden berharap industri farmasi kedua negara dapat melakukan kerja sama produksi bersama bahan baku obat, termasuk pengembangan kapasitas antara perusahaan farmasi kedua negara.
Isu ketiga yang dibahas yaitu terkait percepatan pemulihan ekonomi. Seiring situasi Covid-19 yang terus terkendali, Presiden Jokowi mengajak PM Modi untuk mendorong bergeraknya kegiatan ekonomi dengan aman.
Untuk itu Kepala Negara mengusulkan dua hal, yakni pembuatan jalur aman mobilitas masyarakat melalui vaccinated travel lane (VTL) dan saling pengakuan sertifikat vaksin antara Indonesia dan India.
Langkah Nyata Indonesia
Pada pertemuan KTT Iklim COP-26 di Glasgow, Presiden Jokowi menyampaikan langkah nyata yang telah dilakukan Indonesia dalam penanganan perubahan iklim, mengingat perubahan iklim adalah ancaman besar bagi kemakmuran dan pembangunan global.
Presiden juga menjelaskan tentang upaya Indonesia merehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 hektare sampai 2024, dan ini adalah yang terluas di dunia. Indonesia juga telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara 2010-2019.
Di KTT ini juga, Indonesia bersama 100 pemimpin dunia berkomitmen untuk menekan deforestasi atau penggundulan hutan. Untuk kawasan Asia Tenggara (ASEAN), hanya dua negara yakni Indonesia dan Vietnam yang berkomitmen menekan deforestasi.
Indonesia menyepakati upaya menghentikan forest lost (kehilangan hutan), dan mendorong pemulihan hutan pada 2030. Presiden juga menyampaikan kebijakan Indonesia telah berhasil menurunkan tingkat deforestasi terendah selama 20 tahun terakhir, dan kebakaran hutan turun hingga 82 persen.
Jokowi juga diminta menjadi salah satu dari pembicara pada World Leaders Summit on Forest and Land Use. Hanya ada tiga pemimpin dunia yang diminta berpidato, yakni PM Inggris, Presiden Kolombia, dan Presiden Jokowi.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi antara lain menyampaikan soal pengelolaan hutan yang harus memadukan pertimbangan kebijakan lingkungan dengan ekonomi dan sosial. Presiden juga menegaskan kesiapan Indonesia untuk berbagi pengalaman tentang keberhasilannya mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Di sela-sela KTT COP-26, Jokowi juga mengadakan pertemuan bilateral dengan para pemimpin dunia. Ia bertemu PM Palestina Mohammad Ibrahim Shtayyeh dan menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perjuangan Palestina menjadi negara yang merdeka, berdaulat penuh, dan dapat menentukan nasibnya sendiri dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya.
Sementara itu, pada pertemuan bilateral dengan PM Slovenia Janez Jansa, Presiden mengharapkan agar Slovenia mendorong finalisasi perundingan Indonesia–EU Comprehensive Economic Partnership Agreement.
Jokowi juga menggelar pertemuan bilateral dengan PM Inggris, Boris Johnson di mana kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi kedua negara. Kepada Presiden Jokowi, PM Johnson bahkan menyatakan pentingnya dukungan berupa investasi hijau, dukungan multilateral development banks, dan teknologi hijau yang terjangkau.
Kemudian saat bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, Presiden Jokowi membahas empat isu utama, yaitu apresiasi kerja sama di bidang kesehatan, pentingnya kedua negara untuk memperkuat kerja sama di bidang ekonomi, isu perubahan iklim, dan presidensi G-20 Indonesia pada tahun 2022. Selain itu, kedua Kepala Negara juga melakukan tukar pikiran mengenai berbagai isu internasional, antara lain demokrasi, Myanmar, dan Afghanistan.
Presiden kemudian sempat mengadakan pertemuan bisnis dengan para CEO perusahaan Inggris. Pertemuan tersebut diharapkan dapat mengakselerasi realisasi komitmen investasi US$ 9,29 miliar (sekitar Rp 133,6 triliun) dari perusahaan yang hadir guna mendukung percepatan transisi energi dan ekonomi hijau di Indonesia.
Hubungan Mesra
Seusai melangsungkan pertemuan tingkat tinggi, rombongan Presiden terbang selama 7,5 jam dari Glasgow menuju UEA pada Selasa (2/11/2021). Kunjungan pertama di Abu Dhabi, Jokowi bertemu dengan Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed dan menghadiri pertemuan bisnis dengan beberapa tokoh dan pebisnis.
Pada kesempatan itu, Jokowi secara resmi mengundang Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed hadir sebagai tamu pada KTT G-20 di Bali, Indonesia, 30-31 Oktober 2022 mendatang. Saat ini, Indonesia telah resmi memegang Presidensi G-20.
Selama presidensi, Indonesia juga akan memberikan perhatian terhadap sejumlah isu yaitu digitalisasi dan transisi energi untuk memastikan ketersediaan teknologi bersih yang terjangkau bagi semua, keuangan inklusif khususnya bagi UMKM, perempuan, dan kelompok marginal, serta investasi untuk ekonomi hijau dan berkelanjutan.
Kunjungan ke UAE juga menjadi bukti mesranya hubungan kedua negara. Terdapat jalan dan masjid yang diberi nama Presiden Joko Widodo di Abu Dhabi. Pemberian nama jalan tersebut merupakan sebuah pengakuan dan penghargaan tinggi kepada Indonesia.
Menurut Duta Besar RI untuk UEA Husin Bagis, tidak banyak nama-nama jalan di negara kawasan Timur Tengah itu yang menggunakan nama orang asing. Jalan “President Joko Widodo”, bersanding dengan nama jalan Raja Saudi dan pemimpin Prancis.
Jalan “President Joko Widodo” yang telah diresmikan pada 19 Oktober 2020 memiliki panjang lebih kurang 2,5 kilometer dan terletak di salah satu ruas jalan utama, yang membelah Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC) dengan area kedutaan. Kawasan itu merupakan area strategis yang ditempati sejumlah kantor perwakilan diplomatik, seperti Kedutaan Besar Amerika Serikat, Turki, Arab Saudi, dan sebagainya.
Tak hanya memberi nama jalan, Putra Mahkota Mohammed bin Zayed juga membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Presiden Joko Widodo. Letak masjid tersebut berada di Jalan Presiden Joko Widodo ini tadinya merupakan sebuah masjid kecil yang kemudian dibongkar untuk kapasitas 1.000-1.200 orang jemaah.
Mengapresiasi pengakuan UEA terhadap Indonesia, pemerintah Indonesia mengganti nama Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek atau Tol Jakarta-Cikampek II Elevated menjadi Jalan Layang Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ). Penggantian nama tersebut diresmikan oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada 2 April 2021 lalu.
Saling memberi nama jalan kedua pemimpin juga merefleksikan hubungan antara Indonesia dengan UEA yang sangat harmonis dalam beberapa tahun terakhir. Hubungan kedua negara sendiri telah terjalin selama lebih dari 45 tahun, tepatnya sejak tahun 1976.
Sementara dalam kunjungan ke Dubai, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri dan Emir Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum. Dalam pertemuan tersebut, Presiden menyaksikan pertukaran kesepakatan kerja sama, baik secara business to business (B2B) maupun government to government (G2G).
Terdapat 10 kesepakatan di G2G, antara lain di bidang promosi investasi, perpajakan, kerja sama antarbank sentral, saling pengakuan vaksin dan platform digital guna memudahkan mobilitas, pariwisata, kemudian sertifikat dan pelatihan ABK, pendidikan dan pelatihan diplomat, serta pengelolaan hutan bakau.
Kegiatan Presiden di UEA untuk memperkuat kerja sama terutama dalam bidang perdagangan dan investasi. Dari lawatan ke UEA ini, Indonesia meraih komitmen investasi senilai Rp 459,4 Triliun dengan 19 perjanjian kerja sama.
Sebelumnya, saat Presiden Jokowi bertemu dengan para investor di Glasgow, Inggris Raya di sela-sela KTT Pemimpin Dunia COP-26, Indonesia juga mendapatkan komitmen investasi sebesar US$ 9,2 miliar. Sehingga jika ditotal dengan jumlah komitmen investasi yang didapat di UEA, jumlahnya mencapai US$ 41,99 miliar atau itar Rp 603,9 triliun.*** Nadya
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !