Headlines News :
Home » » Yerusalem Tanah Impian Manusia Damai

Yerusalem Tanah Impian Manusia Damai

Written By Info Breaking News on Selasa, 18 Januari 2022 | 08.20


YERUSALEM,
Info Breaking News
– Dari Bukit Zaitun, pelancong dengan cukup jelas melihat sisi timur Kota Yerusalem. Salah satu kota tertua di dunia dengan rentang sejarah lebih dari 6.000 tahun. Tembok kota berwarna putih abu-abu tampak kokoh. Dari jauh, Dome of The Rock, masjid berkubah emas terlihat berkilauan. Di samping kirinya, Al Aqsa, masjid agung. Pucuk Church of Holy Sepulchre, Gereja Makam Kudus, tidak terlihat jelas. Kenisah Yerusalem kini hanya ada dalam bayangan para peziarah. Kemegahan Bait Allah hanya menyisakan sebagian tembok yang disebut Dinding Ratapan.

Mengarahkan pandangan ke depan, Anda akan melihat sebuah pintu gerbang Kota Yerusalem yang tertutup. Sebuah saksi bisu perebutan kekuasaan yang terjadi silih berganti pada masa lalu. Lewat pintu gerbang itu, umat Yahudi langsung menapaki jalan lurus menuju Bait Allah. Tetapi, pada masa kekuasaan Salahudin dari Persia, pintu gerbang itu ditutup rapat. Perang Salib yang berlangsung sekitar dua abad berakhir dengan kemenangan Persia pada 1187 M.

“Dia tahu pintu itu bisa menjadi masalah bagi pemerintahannya, sehingga harus ditutup,” ujar Yehezkiel, pemandu wisata asal Israel, Minggu, 25 Desember 2016. Bukit Zaitun lebih tinggi sekitar 100 meter dari Yerusalem, sehingga dengan cukup jelas memandang kota yang menjadi tempat suci umat Yahudi, Kristen, dan Islam itu. Menurut kepecayaan Yahudi, Mesias yang ditunggu-tunggu akan datang lewat Bukit Zaitun. Dari bukit ini, Mesias menuju Bait Allah lewat pintu gerbang bagian timur kota.

Bukit Zaitun menjadi objek wisata rohani yang penting. Di Bukit ini, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami, meratapi Yerusalem, dan naik ke surga. Bukan hanya gereja yang berdiri tegak di bukit ini. Masjid, yang dalamnya ada tapak kaki Yesus, masih terawat dengan baik dan menjadi objek wisata yang ramai dikunjungi umat Kristen dan Islam. Sebuah gereja Pater Noster berdiri tegak setelah dihancurkan. Di dalam gereja yang dibangun kembali oleh Putri Aureliade Bossi de la Tour d’Auvergne dari Prancis itu terdapat doa Bapa Kami yang ditulis dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Batak, Sunda, Gowa, dan Palembang.

Di lereng Bukit Zaitun, ada Taman Getsemani, tempat Yesus menyepi dan berdoa. Yudas Iskariot mudah mencari Yesus untuk diserahkan kepada serdadu Romawi karena ia tahu persis kebiasaan Yesus. Di Lembah Bukit Zaitun terdapat bekas Kolam Bethesda. Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang selama 38 tahun menunggu air kolam bergerak. Menurut kepercayaan Yahudi, orang sakit yang menyentuh air kolam yang bergerak akan disembuhkan. Si lumpuh tak mampu bergerak cepat, sedang air yang bergerak hanya berlangsung singkat.

Selama tiga hari mengunjungi situs sejarah di Yerusalem, Sabtu, 24 Desember hingga Senin, 26 Desember 2016, penulis merasakan suasana damai. Aparat keamanan Israel hadir di semua objek wisata rohani. Tidak ada kesan bahwa kota ini pernah belasan abad bersimbah darah dan air mata. Sejak memenangi perang enam hari melawan Yordania, 1967, Israel sepenuhnya menguasai Yerusalem. Jika sebelumnya, sejak kemerdekaan tahun 1948, Yerusalem timur adalah bagian Yordania, mulai 1967, seluruh Yerusalem di bawah kontrol Israel.

Di tengah protes internasional, pada Juli 1980, Israel menegaskan, Yerusalem adalah ibu kota Israel yang tak terbagikan. Kota ini menjadi pusat kegiatan parlemen dan pemerintahan pusat Israel. Presiden, perdana menteri, dan Mahkamah Agung berdiam di Yerusalem. Yerusalem sebagai ibu kota Israel sudah menjadi hukum dasar negara itu. Merespons keputusan Israel, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 478, 20 Agustus 1980, yang menyatakan bahwa hukum dasar yang disebutkan itu adalah suatu pelanggaran hukum internasional dan karenanya harus segera dicabut. Tetapi, kenyataannya Israel tetap pada pendiriannya.

Yerusalem artinya city of peace atau kota damai. Dalam bahasa Ibrani, “Ir” berarti kota. “Shalem” atau “Syaloom” artinya damai. Orang Ibrani menyebut Yerusalem dengan Yerushalayim, Arab dengan al-Quds atau kota suci, dan Aram dengan Yarushalem. Namun, sejarah mencatat, kota yang sebelumnya bernama Bukit Muria ini juga menjadi kota perang, darah, dan air mata kepedihan. Yerusalem sudah dua kali dihancurkan, 23 kali dikepung, 52 kali diserang, dan 44 kali direbut kembali.

Dalam buku Jerusalem Besieged: From Ancient Canaan to Modern Israel karangan Eric Cline disebutkan, arkeolog menemukan puing-puing bangunan Yerusalem masa lalu mencapai 60 kaki atau 18,3 meter dalamnya. Yerusalem menjadi perebutan Yahudi, Kristen, dan Islam, karena kota dengan tinggi 754 meter dari permukaan laut ini adalah kota suci menurut ketiga agama. Yerusalem juga disebut Bukit Sion, Bukit Muria, tempat Abraham mengorbankan anaknya, Kota Daud, dan Bukit Tuhan, tempat tinggal anak-anak Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama, besarnya cinta Tuhan kepada bangsa Israel dilukiskan dengan sebutan Putri Sion. Orang Yahudi di mana pun berada selalu mengingat Sion dan rindu untuk kembali. Saat menyaksikan orang Yahudi berdoa di Tembok Ratapan, penulis teringat sejumlah ayat Mazmur.

“Engkau sendiri akan bangun dan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya (Mazmur 102:13-14). “Di tepi sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion (Mazmur 137:1).

Dalam beberapa tahun terakhir, para peziarah tiga agama besar–Yahudi, Kristen, dan Islam–terus berdatangan. Pemerintah Israel menjamin penuh keamanan bagi para peziarah. Salah satu alasan rasional adalah pentingnya wisatawan bagi perekonomian. Situs sejarah agama merupakan objek wisata rohani tak ternilai. Dengan jaminan keamanan, akses yang mudah, dan akomodasi yang nyaman, pariwisata akan bergerak.

Wisata Rohani?

Yerusalem adalah daya pikat utama pariwisata Israel. Dari 3,3 juta turis yang mengunjungi Israel pada 2014, sekitar 82 persen menghabiskan waktu di Yerusalem. Kota Damai yang acap tidak damai ini memiliki banyak situs sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam. Semuanya terkonsentrasi di Kota Tua yang belakangan lebih dikenal dengan Yerusalem Timur, sebuah wilayah yang dalam rentang waktu lama di bawah kekuasaan Islam. Kota Tua ini sudah menjadi situs warisan sejarah yang dilindungi UNESCO.

Di Yerusalem Timur ada bangunan dan situs sejarah Yahudi, Kristen, dan Islam. Ada bekas Bait Allah yang kini menyisakan Dinding Ratapan, Kuburan Daud, Terowong Barat yang adalah bekas kandang kuda Salomo, bekas Istana Imam Agung Kayafas yang kini menjadi Gereja St Petrus–tempat Petrus menyangkal Yesus tiga kali–, ruang Yesus dan para murid-Nya mengadakan perjamuan terakhir, bekas rumah St Anna, Ibu St Maria yang kini menjadi Gereja St Anna, bekas Istana Pilatus, Via Dolorosa atau jalan yang ditapaki Yesus sambil memanggul salib ke Puncak Bukit Golgota, Holy Sepulchare Church atau Gereja Makam Kudus, tempat Yesus disalibkan, jenazahnya dibaringkan, dikuburkan, dan bangkit dari kubur-Nya.

Para peziarah, teruatama umat Kristen Katolik, umumnya melakukan jalan salib sepanjang Via Dolorosa, melewati 14 stasi atau perhentian dengan stasi terakhir di Puncak Golgota. Sebagian besar rute yang dilewati umat yang melakukan ibadah jalan salib dipenuhi para pedagang kecil. Mereka keturunan Arab Palestina yang sudah ratusan tahun mendiami tempat ini.

Umat Katolik Indonesia mengikuti jalan salib sepanjang Via Dolorosa.

“Saat Yesus melewati jalan ini pun, keramaian sudah ada. Rumah berderat di jalan kota dan massa memenuhi jalanan. Penguasa Romawi waktu itu sengaja memaksa Yesus melewati rute ramai dengan tujuan mempermalukan Yesus,” jelas pembimbing rohani rombongan peziarah Christour, Romo Antonius Nugroho Bimo Prakoso OFM, Minggu, 25 Desember 2016.

Pada masa Yesus, Golgota berada di luar tembok Kota Tua, Yerusalem. Tradisi Yahudi sangat ketat untuk tidak menyatukan permukiman suci dengan kuburan. Golgota artinya bukit tengkorak. Seiring dengan pertambahan penduduk, terutama oleh migrasi, kota Yerusalem diperluas dan tembok sebagai pembatas kota diubah, sehingga Golgota menjadi bagian dari kota Yerusalem.

Tidak jauh dari Yerusalem timur, ada Bukit Zaitun yang dibatasi sebuah lembah. Setelah bangkit dari kubur, demikian keyakian umat Kristen, Yesus berjumpa beberapa kali dengan para murid-Nya dan terakhir, Ia naik ke surga di Bukit Zaiitun. Di bukit ini pula, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami dan menangisi kehancuran Yerusalem yang bakal terjadi. Masuk kawasan Bukit Zaitun, ada Tamann Getsemani, tempat Yesus biasa berdoa.

Lokasi Gereja Makam Yesus di Puncak Golgota. Di dalamnya ada tempat jenazah Yesus dibaringkan dan makam Yesus.

Di bekas Kota Tua ini pula ada Dome of Rock dan Masjid Al-Aqsa serta pelataran Haram al Sharif, tiga tempat suci umat Islam. Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Di Dome of Rock ada batu yang dipercaya umat Islam tempat yang dipijak Nabi Muhammad sebelum perjalanan ke surga. Dari Al-Aqsa, Muhammad ber-miraj menghadap Allah untuk menerima perintah salat, dan kemudian dijadikan arah tujuan salat atau kiblat pertama sebelum kemudian dialihkan ke Kakbah.

Dari semua objek wisata, akses jalan menuju Dinding Ratapan terlihat paling lebar dan mulus. Saat mengunjungi Tembok Barat ini, Senin, 26 Desember 2016, pemeriksaan di pintu masuk sama ketat dengan ketika melewati security checking di bandara. Tetapi, dengan teknologi canggih, isi tas tak perlu dibuka. Setelah melewati pintu pemeriksaan, pelancong bisa melihat sebuah area yang luas dengan Dinding Ratapan di sisi kanan. Di balik Tembok Barat itu berdiri megah Masjid Al-Aqsa dan Dome of Rock. Kedua rumah ibadah Islam ini didirikan di atas Bait Allah, tempat Tabut Perjanjian disemayamkan.

Di Dinding Ratapan itu, pemeluk Yahudi berdoa sambil menyelipkan kertas berisi ujud doa. Selain ujud doa pribadi, mereka mendoakan datangnya Mesias dan dibangunnya Bait Allah ketiga. Bait Allah pertama yang dibangun Raja Salomo dirobohkan Nabukednazer. Setelah dibangun kembali oleh Ezra dan Nehemia, Bait Allah kedua diratakan oleh Raja Titus tahun 70 M. Zionisme tidak saja sebuah gerakan untuk kembali ke Sion, mendirikan negara Israel, melainkan juga untuk mendirikan Bait Allah.

Dinding Ratapan

Situs bersejarah ini merupakan objek wisata yang memikat peziarah dari berbagai belahan bumi. Data Biro Statsitik Israel menunjukkan, jumlah wisman yang mengunjungi negara itu pada 2016 sebesar 3,068 juta, turun 3,6 persen dibanding 2015. Penurunan turis asal Rusia dan negara-negara Eropa berdampak signifikan. Sedang turis asal AS dan negara-negara Asia sedikit mengalami kenaikan meski belum bisa menutupi penurunan wisman asal Rusia dan Eropa.

Penurunan jumlah wisman sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Pada 2015, wisman ke Israel 3,1 juta, turun sekitar 4 persen akibat kekhawatiran terhadap aksi terorisme yang melanda Palestina. Turis terbesar tahun 2015 berasal dari AS, 637.000, dan peringkat kedua adalah Rusia, 415.000. Wisman lainnya datang dari Prancis, 300.000, Jerman, 195.000, Inggris, 178.000, dan sejumlah negara Eropa, Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan negara-negara Arab.

“Pada tahun 2016, wisatawan asal Asia, terutama Tiongkok, India, Korea, Filipina, dan Indonesia meningkat sekitar 30 persen,” ungkap Yehezkiel.

Yehezkiel, pemandu wisata asal Israel menunjukkan letak Dinding Ratapan, di sebelah kiri Masjid Al Aqsa, kubah berwarna hitam.

Turis asal Eropa sedikit menurun seiring dengan kelesuan ekonomi yang melanda kawasan itu. Meski belum ada angka pasti, turis dari Asia meningkat. Dari Indonesia, misalnya, para peziarah ke Tanah Suci diperkirakan sudah mencapai belasan ribu setahun.

Jaminan keamanan di situs bersejarah bagi para turis memperlihatkan keseriusan Pemerintah Israel memacu sektor pariwisata untuk menopang kemajuan ekonomi negeri itu. Pada 2014, devisa dari para turis mencapai US$ 10,7 miliar atau 41 miliar shekel. Tenaga kerja yang terserap di sektor pariwisata di atas 200.000 orang atau 6 pesen dari total angkatan kerja.

Israel tergolong negara maju dengan PDB per kapita US$ 36.000, bandingkan dengan Indonesia yang baru US$ 3.600. Kontribusi terbesar terhadap PDB adalah sektor jasa (perdagangan, keuangan, transportasi, konstruksi, properti, telekomunikasi, dan pariwisata), yakni sekitar 75,5 persen. Sedang pangsa sektor industri terhadap PDB sebesar 22 persen, dan pertanian 2,5 persen. Kemajuan industri dan pertanian negara ini terutama ditopang oleh teknologi. Israel menempati peringkat satu dunia dalam riset dan pengembangan.

Dengan luas 20.771 km persegi, Israel dihuni 8,2 juta jiwa. Kondisi wilayah yang kering dan didominasi gurun yang tandus menyebabkan 92 persen warga Israel tinggal di perkotaan. Di seluruh dunia, etnis Yahudi mencapai 14,7 juta. Kota Yerusalem dihuni 865.721 jiwa. Ditambah wilayah sekitarnya, total warga Yerusalem 1,2 juta. Sekitar 64 persen adalah Yahudi, 35 persen Arab Palestina, dan 1 persen etnis lainnya. Mayoritas penduduk Yerusalem beragama Yahudi, yakni 75 persen. Selebihnya, Islam 17,6 persen, Kristen 2 persen, dan lain-lain 5,5 persen. Sebagian penganut Kristen adalah para biarawan, biarawati, dan calon imam.

Meski jumlahnya kecil, situs agama Kristen cukup dominan di Yerusalem. Situs penting itu dikelola bersama oleh sejumlah kelompok agama Kristen, yakni Patriak Ortodoks Yunani, Patriarkat Armenia, Gereja Koptik, Gereja Ortodoks Suriah, dan Ordo Fransiskan. Gereja Makam Kudus di Puncak Golgota dikelola oleh banyak kelompok Kristen, termasuk Gereja Ethiopia.

Laju pertumbuhan penduduk Israel tergolong tinggi, yakni 1,6 persen. Jika rata-rata ibu di dunia melahirkan 1,7 anak, ibu Isarel melahirkan tiga anak. Selain itu, imigran Yahudi dari Eropa dan Amerika juga masih tinggi.

Darah dan Air Mata?

Setelah Umar bin Khattab dari Arab merebut Yudea dari Kerajaan Bizantium atau Romawi Timur tahun 638 M, Yerusalem menjadi ajang perebutan tiga agama besar, yang acap disebut agama samawi, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Disebut agama samawi atau agama langit, karena oleh pengikutnya diyakini berasal dari Allah berdasarkan wahyu. Yahudi, Kristen, dan Islam, punya akar yang sama, yakni mewarisi tradisi Abraham atau Ibrahim. Perbedaan terjadi generasi kedua lahir, yakni Ishak dari rahim Sarah dan Ismail dari Hagar.

Pada Kitab Kejadian 22: 1-19 disebutkan, Abraham mempersembahkan Ishak di Bukit Muria. Sedang Islam meyakini, yang dipersembahkan Ibrahim di Bukit Muria adalah Ismail. Ishak ataupun Ismail tidak jadi dikorbankan karena iman Abraham kepada Allah dinilai sudah teruji. Sebagai pengganti, yang dikorbankan adalan domba jantan. Ishak menurunkan bangsa Israel, sedang Ismail bangsa Arab.

Menurut keyakinan Yahudi dan Kristen, Abraham dipilih Allah (Yahwe) untuk menjadi bapak bangsa. Ia berasal dari negeri Ur Kasdin, Mesopotamia, kini wilayah Irak. Wilayah yang terletak di delta Sungai Eufrat dan Tigris ini dikenal sebagai daerah subur. Allah memanggil Abraham untuk pergi ke sebuah negeri yang baru. Kepadanya dijanjikan tanah yang subur, tanah berlimpahkan susu dan madu. Keturunannya menjadi bangsa besar dan orang pilihan. Dari keturunan Abraham akan lahir seorang Mesias. Bagi orang Israel, Tanah Kanaan adalah Tanah Terjanji.

Lebih dari 5.000 tahun Yerusalem menjadi perebutan. Jauh sebelum kedatangan Abraham dari negeri yang saat ini bernama Irak, Yerusalem sudah menjadi kota cantik. Pertama, perebutan antara orang Abraham dan keturunannya dengan penduduk asli. Sekitar tahun 2.110 sebelum Masehi (SM), Abraham merebut Yerusalem dari raja Elam, Chedorlaomer. Raja Salem, Imam Agung Melek Tzedek (Melkisedek) membawa roti dan anggur merayakan kemenangan sekaligus memberkati Abraham.

Perebutan berlanjut pada masa keturunan Abraham. Saat kembali dari negeri Mesir, bangsa Israel bertempur untuk merebut Yerusalem dan Tanah Kanaan, Tanah Terjanji. Didaului oleh Yusuf, keturunan Yakob atau Israel, keturunan Abraham ini menetap di Mesir kurang-lebih 3,5 abad. Musa dipilih Yahwe membawa kembali bangsa Israel dan tulang-belulang Yakob ke Tanah Terjanji. Daud sekitar tahun 1052 SM mengalahkan Goliat, pemimpin Palestina, dan pada 866 menjadikan Yerusalem ibu kota Kerajaaan Israel.

Mimpi bangsa Israel memiliki Bait Allah di Yerusalem diwujudkan oleh Salomo, Putra Daud. Raja yang dikenang sejarah karena kebijaksanaannya mendirikan Bait Allah pada tahun 825 SM dan berdiri kokoh selama 400 tahun. Kenisah Yerusalem nan agung itu dihancurkan hingga rata dengan tanah oleh Raja Nabukednazer dari Babilonia tahun 423 SM. Kenisah Yerusalem kedua dibangun tahun 352 SM dan kemudian dihancurkan Kerajaan Romawi tahun 70 M.

Silih berganti Yerusalem diduduki oleh berbagai bangsa dan agama dengan membawa darah dan air mata. Setelah dikuasai Romawi, Kota Sion ini dikuasai Kerajaan Islam, Arab, selama 461 tahun. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad, yang dilahirkan tahun 571, berkembang cukup pesat pada masa itu. Kerajaan Islam menguasai Yerusalem hingga pecah Perang Salib, 1099. Sempat dikuasai kelompok Kristen, Yerusalem kembali dikuasai Islam Persia pada akhir Perang Salib. Beberapa kali dikuasai kembali oleh Yahudi, Yerusalem lebih banyak berada di tangan pihak lain, termasuk Turki dan Mongol. Sebelum dikuasai Israel, Yerusalem merupakan wilayah Yordania dan Palestina.

Yerusalem sudah menjadi kota segala bangsa. Tetapi, orang Isarel tetap yakin Yerusalem adalah kota yang dijanjikan Allah kepada mereka. Yerusalem adalah kota yang disayangi Tuhan. “Seperti burung yang berkepak-kepak melindungi sarangnya, demikianlah Tuhan semesta alam akan melindungi Yerusalem (Yesaya 31:5).

Tetapi, bagi Isarel, Yerusalem adalah kota milik mereka. “Sungguh, Aku menjemput orang Israel dari tengah bangsa-bangsa, ke mana mereka pergi; Aku akan mengumpulkan mereka dari segala penjuru dan akan membawa mereka ke tanah mereka. Aku akan menjadikan mereka satu bangsa di tanah mereka, di atas gunung-gunung Israel, dan satu raja memerintah mereka seluruhnya; mereka tidak lagi menjadi dua bangsa dan tidak lagi terbagi menjadi dua kerajaan. (Yehezkiel 37:21-22)

Pada hari terakhir kunjungannya di Tanah Suci, 26 Mei 2014, Paus Fransiskus menjadi tamu Presiden Israel Shimon Peres di Yerusalem. Peres mengakui, perdamaian membutuhkan “kreativitas dan inspirasi”. Dia yakin, Paus memiliki keduanya.

Dalam sambutannya, Paus mengutuk antisemitisme, mendorong upaya perdamaian, menyelesaikan ketegangan Israel-Palestina dan ketegangan antaragama. Paus menolak segala bentuk intoleransi, mendesak penghormatan terhadap hak semua kelompok agama dan kelompok minoritas di Israel.

Paus mengharapkan agar Yerusalem benar-benar menjadi “City of Peace” dan agar semua tempat suci tidak sekadar monumen atau museum bagi wisatawan, melainkan sungguh menjadi tempat bagi semua komunitas umat beriman mengungkapkan iman dan budaya mereka. Yerusalem dan semua tempat suci di Israel mesti menjadi tempat aman bagi para peziarah dari berbagai belahan dunia.

Perdamaian membutuhkan kreativitas dan inspirasi. Tetapi, perdamaian juga membutuhkan cinta kepada sesama manusia, toleransi, dan kejujuran. Tanpa itu, Yerusalem tak akan menjadi “City of Peace”, melainkan “City of War” *** Candra Wibawanti

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved