Palaran city, Info Breaking News - Istilah Harem sudah bukan hal asing ditelinga para penikmat seks party. Dari budaya Arab inilah akhirnya ada istilah gangbang dalam budaya seks Negara Barat. Sudah bisa dibayangkan harem sebagai ruangan yang penuh dengan wanita cantik dengan pakaian tipis menerawang, bahkan kadang hanya perhiasan saja yang menutupi kemolekan tubuh mereka.
Dengan tatapan haus menggoda agar dapat merasakan keganasan Sultannya beramai-ramai. Tujuan hidup penghuni harem adalah untuk menyenangkan pasangan secara seksual. Namun, anggota harem bagi Sultan lebih dari sekadar kesenangan seksual dan wajah cantik belaka.
Harem kekaisaran di era Kekaisaran Ottoman adalah kumpulan istri, pelayan, dan selir Sultan. Terkadang jumlahnya mencapai ratusan orang dalam sebuah harem. Harem memenuhi setiap sudut ruangan, dengan pose menantang dan kesiapan yang menjanjikan kepatuhan untuk dapat "dipakai" dari bagian manapun yang di ingini Sultan.
Beberapa istri atau selir dimanfaatkan untuk kesenangan belaka atau menghasilkan ahli waris. Namun ada juga yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar dalam Kekaisaran Ottoman.
Para wanita di harem memainkan peran yang jauh lebih besar daripada sekadar menghibur sultan. "Beberapa bahkan memiliki andil dalam mengatur kekaisaran Ottoman yang kuat," tulis Veronica Parkes di laman Ancient Origins.
Suatu periode yang dikenal sebagai "Pemerintahan Wanita" atau Kadinlar Sultanati memandang harem wanita memainkan peran penting dalam pemerintahan Ottoman. Ini membuat mereka mendapatkan lebih banyak kekuatan daripada sebelumnya.
Harem adalah simbol utama kekuasaan dan kekayaan sultan. Kepemilikannya atas wanita dan kasim, kebanyakan sebagai budak, menunjukkan kekayaan dan kehebatannya. Institusi harem diperkenalkan di masyarakat Turki oleh Kekhalifahan Arab. Sebagian besar pria dan wanita di dalam harem dibeli sebagai budak untuk memastikan kepatuhan, namun beberapa tetap bebas.
Istri utama, terutama yang menikah untuk memperkuat aliansi pribadi dan dinasti, adalah wanita merdeka. Budak dan pria dan wanita bebas sama-sama diberi pendidikan di dalam harem. Di akhir pendidikan masing-masing, pria dan wanita akan dinikahkan satu sama lain. Selanjutnya, orang-orang itu akan dikirim untuk menduduki pos-pos administratif di provinsi-provinsi kekaisaran.
Karena praktik ini, hanya sejumlah kecil wanita yang dipilih untuk menjadi bagian dari selir pribadi sultan. Kelompok wanita ini diperintah oleh Sultan Valide, biasanya ibu sultan sendiri. Jumlah wanita yang lebih kecil lagi akan dipilih sebagai kesayangan sultan, disebut haseki. Bahkan wanita-wanita ini dapat dipilih untuk dinikahkan atau dikirim sebagai hadiah kepada anggota elit Ottoman yang terhormat. Mereka tidak melakukan hubungan seksual dengan sultan sendiri.
Wanita paling berkuasa di harem, Valide Sultan, akan menjadi istri atau selir dari ayah sultan dan akan naik ke peringkat tertinggi dalam harem.
Tidak ada dayang yang dapat meninggalkan atau memasuki tempat harem tanpa izin dari Valide Sultan. "Selain itu, para kasim istana tunduk kepadanya," tambah Parkes. Valide Sultan juga bertanggung jawab atas pendidikan putranya tentang seluk-beluk politik negara. Dia sering diminta untuk mengintervensi keputusan putranya sebagai anggota istana kekaisaran juga.
Wanita terkuat berikutnya di harem adalah selir yang naik pangkat untuk mendapatkan gelar Gözde (Yang Favorit), Ikbal (Yang Beruntung) atau Kadın (Istri). Secara tradisional sultan hanya dapat menjadikan keempat orang ini sebagai favoritnya. Mereka memiliki peringkat yang setara dengan istri sah sultan dalam hierarki harem. Mereka diberi apartemen di dalam istana, begitu juga dengan para pelayan dan kasim.
Biasanya, para selir bersama dengan istri sah digunakan untuk tujuan reproduksi. Ini menekankan kekuatan patriarki sultan. Namun, budak wanita, tidak seperti istri yang sah, tidak memiliki garis keturunan yang diakui.
Istri sah dikhawatirkan memiliki kepentingan dalam mempromosikan anak laki-laki mereka sendiri. Tidak jarang, kepentingan ini menyebabkan ketidaksetiaan kepada sultan. Oleh karena itu, selir lebih dapat dipercaya dalam hal menghasilkan anak laki-laki. Pasalnya mereka tidak tertarik dengan promosi keturunannya karena itu tidak akan berpengaruh pada mereka sebagai ibu yang melahirkan.
Melalui praktik ini, selir dipandang sebagai penghasil anak laki-laki yang lebih sah karena tidak ada peluang pengkhianatan dari para istri. Para selir bisa mendapatkan dukungan dari sultan. Namun mereka tidak akan pernah bisa naik ke tampuk kekuasaan secara politik atau mendapatkan legitimasi dalam keluarga kekaisaran.
Kasim adalah bagian tak terpisahkan dari harem. Kasim dianggap lebih rendah dari laki-laki karena dikebiri secara seksual. Karena itu, mereka diyakini akan tetap setia kepada sultan dan tidak mengancam kesucian harem.
Kasim cenderung menjadi budak atau tawanan perang yang akan dikebiri sebelum pubertas dan dihukum untuk hidup sebagai budak. Ada hierarki kasim di dalam harem, mirip dengan hierarki wanita. Yang pertama adalah kasim kulit hitam, atau sandali, sedangkan tingkat kedua dan ketiga cenderung terdiri dari budak dan kasim kulit putih. Pembedaan ini terkait langsung dengan tingkat mutilasi alat kelamin laki-laki. ***Emilisa
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !