Jakarta, Info Breaking News - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menjelaskan terhambatnya laporan keuangan tahun 2022 disebabkan oleh insiden kebakaran pada fasilitas Hot Strip Mill (HSM).
Di sisi lain, selama tahun 2022 perseroan berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 5,8% menjadi US$ 2,23 miliar.
Hal ini dijelaskan langsung oleh Purwono Widodo selaku Direktur Utama Krakatau Steel. Ia menyampaikan insiden kebakaran fasilitas HSM tersebut dapat mempengaruhi kemungkinan laba kena pajak terhadap kinerja di 2023, sehingga manajemen memilih untuk memulihkan sebagian aset pajak tangguhan di tahun 2022 yang kemudian berpengaruh kepada kinerja 2022.
“Insiden HSM diperkirakan akan berpengaruh terhadap operasional perseroan untuk 6 - 7 bulan ke depan. Menyikapi hal tersebut manajemen menyiapkan langkah-langkah antara lain segera melakukan perbaikan pabrik, melakukan program efisiensi, meningkatkan penagihan, melakukan penjadwalan pembayaran kepada beberapa suplier, maupun melakukan kerja sama dengan sesama pabrik baja untuk mengalirkan ketersediaan bahan baku,” jelas Purwono, Rabu (28/6/23).
Dalam laporan keuangannya, pendapatan KRAS sepanjang tahun 2022 mengalami peningkatan 5,8% menjadi sebesar US$ 2,24 miliar atau setara dengan Rp 34,90 triliun. Sebelumnya, pendapat KRAS terhitung sebesar US$ 2,11 miliar.
Meski demikian, laba tahun berjalan tercatat mengalami penurunan sebesar 48,2% menjadi US$ 22,64 juta dari yang sebelumnya sevesar US$ 43,74 juta.
Selanjutnya, laba bruto tercatat sebesar US$ 202,47 juta atau setara dengan Rp 3,16 triliun serta Earning Before Interest, Tax and Amortization (EBITDA) senilai US$ 108,72 juta atau setara dengan Rp 1,69 triliun.
“Di tahun 2022 pun Krakatau Steel mencatatkan laba bersih sebesar US$ 22,64 juta atau setara dengan Rp 353,07 miliar sehingga tiga tahun berturut-turut Krakatau Steel berhasil mempertahankan pencatatan laba,” ungkap Purwono.
Menurut Purwono, meski laba menurun, perseroan berhasil menekan utang dengan melunasi utang kepada Commerzbank sebesar US$ 216 juta (Rp 3,3 triliun). Hingga saat ini Krakatau Steel telah membayar utang senilai US$ 718 juta atau Rp 10,9 triliun dari total pokok utang sebesar US$ 2,2 miliar (Rp 33,6 triliun).
Lebih lanjut, Purwono juga menyampaikan bahwa sepanjang tahun 2022 Krakatau Steel mampu menjaga arus kas positif yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar US$ 306,58 juta atau setara Rp 4,78 triliun pada 2022 atau naik sebesar 2 kali dari US$ 119,89 juta atau setara dengan Rp 1,71 triliun dibandingkan dengan periode yang sama di 2021.
Ke depannya, Purwono menegaskan KRAS akan tetap berusaha memenuhi komitmen penyelesaian utang sesuai perjanjian restrukturisasi yang ada sekaligus segera memulai proses restrukturisasi lanjutan dengan para kreditur.
Sementara itu, sebagai upaya peningkatan kinerja, bisnis Krakatau Steel sebagai Holding saat ini tidak hanya bergantung pada core industri baja saja, tetapi ada bisnis pengembangan kawasan industri, kepelabuhan, logistik, energi, maupun pengelolaan air industri.
“Sehingga seluruh kontribusi Subholding dari Krakatau Steel dan Group tersebut dapat menjadi sebuah dorongan dan dukungan untuk kinerja Krakatau Steel yang lebih baik lagi terutama untuk kinerja di tahun 2023 ini,” tandasnya. ***Radinal
Dapatkan berita aktual lainnya, hanya tinggal klik Beranda di bawah ini.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !