Headlines News :
Home » » Pakar Obgyn Temukan Banyak Wanita Tunda Punya Anak

Pakar Obgyn Temukan Banyak Wanita Tunda Punya Anak

Written By Info Breaking News on Selasa, 05 Maret 2024 | 14.13


Jakarta, Info Breaking News -
Faktor Usia memiliki peranan yang besar terhadap kehamilan, terutama bagi wanita. Biasanya, waktu terbaik bagi wanita untuk hamil adalah ketika berada di usia 20-an.

Tingkat kesuburan kemudian akan berangsur-angsur menurun seiring pertambahan usia. Meski begitu, ternyata tidak sedikit pasangan yang memilih telat menikah dan baru memutuskan hamil ketika usianya tak lagi optimal. Kenapa?

Spesialis obstetri dan ginekologi dr Niken Pudji Pangastuti, SpOG, K-FER, mengungkapkan dirinya banyak sekali menerima pasien yang telat menikah, sehingga baru memulai program hamil (promil) di usia yang tak lagi optimal.

Menurut dr Niken, fenomena tersebut dipengaruhi oleh keinginan untuk mengejar karir dan pendidikan.

"Zaman sekarang ya mereka menikah di usia yang lebih advance, mungkin karena mengejar karir, mengejar pendidikan," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2024).

dr Niken mengatakan hal tersebut lebih kentara di kota-kota besar, di mana lebih banyak orang yang bahkan sengaja menunda memiliki anak demi mengejar pendidikan dan karir.

"Dulu rata-rata usia pernikahan wanita itu 20, 25, jadi harapan fertilitasnya lebih baik. Namun kita di kota besar, di sini banyak yang mengutamakan pendidikan terlebih dahulu, atau kalaupun mereka menikah, sengaja menunda untuk memiliki momongan terlebih dahulu agar studinya kelar atau mengejar karir," paparnya.

"Sehingga kita seringkali mendapatkan pasien yang baru tergugah untuk memulai program hamil di usia-usia yang sudah melewati fase optimalnya, yaitu di atas (usia) 35," sambungnya.

dr Niken juga memaparkan sejumlah faktor yang turut memengaruhi angka fertilitas. Selain pertambahan usia, peluang kehamilan juga bisa dipengaruhi oleh faktor hormon.

"Wanita yang haidnya nggak teratur, dua bulan sekali, tiga bulan sekali, kita sudah menyadari ada hormon imbalance yang kita alami sejak sebelum menikah. Otomatis kalau ada hormon imbalance, fungsi ovulasinya juga jadi nggak bagus. Itu harus dievaluasi segera," jelasnya.

Selain itu, wanita yang mengalami endometriosis dan pernah menjalani prosedur operasi atau pembedahan di sekitar indung telur.

"Apalagi kalau misalnya ada kista endometriosis atau kista-kista lainnya dan pernah menjalani operasi atau pembedahan di seputar indung telur atau ovarium. Karena bagaimanapun, tindakan untuk mengangkat kista itu berpotensi untuk mengurangi cadangan telur," ucapnya.

dr Niken menjelaskan wanita memiliki cadangan telur lebih kurang 2 juta saat dilahirkan. Saat mengalami haid untuk yang pertama kali, cadangan telur itu akan berkurang hingga tersisa sekitar 500 ribu.

"500 ribu itu untuk mendapatkan satu telur matang setiap bulannya, kita akan merekrut 500 telur kemudian diseleksi sampai pada saat ovulasi hanya ada satu pemenang," ucapnya.

"Setiap bulan kita mengorbankan 500 telur untuk mendapatkan satu telur matang, selama kita tidak hamil itu akan berlanjut terus. Sehingga ketika kita menopause, cadangan yang 500 ribu tadi di awal itu sudah habis, dan ketika itu terjadi harapannya udah kecil untuk mencapai kehamilan. Karena itu semua tindakan yang mengintervensi daerah indung telur berpotensi mengurangi cadangan telur lebih cepat daripada yang terjadi secara fisiologis," tandasnya.*** Armen

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Featured Advertisement

Featured Video

Berita Terpopuler

 
Copyright © 2012. Berita Investigasi, Kriminal dan Hukum Media Online Digital Life - All Rights Reserved